ISLAMISASI ILMU
Posted by Unknown on 17:12
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dunia
barat telah mencapai kemajuan yang pesat terutama di bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi. Barat di anggap mampu menyajikan berbagai temuan baru secara
dinamis dan varian, sehingga memberikan kontribusi yang besar terhadap science
dan teknologi modern saat ini namun meskipun barat sekarang ini telah di
anggap maju, fakta sejarah menunjukan bahwa kemajuan yang mereka peroleh tidak
terlepas dari perkembangan intelektual yang begitu pesat pada masa sebelumnya,
yakni masa-masa kejayaan Islam.
Di
dalam sejarah, umat Islam pernah mencapai masa keemasan peradaban
ditandai dengan kemajuan diberbagai aspek, ekonomi, sastra, politik, geografi
yang menjadi sentral peradaban, penyerapan
ilmu-ilmu yang berkembang diIslamisasikan menjadi ilmu yang sesuai dengan
nilai-nilai Islam, perhatian para penguasa terhadap pendidikan mengantarkan
peradaban umat Islam tak tertandingi, dan banyak melahirkan tokoh-tokoh handal
sepanjang sejarah, seperti, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, Ibnu
Rusydy, Al-Faraby, Ibnu Maskawaih dan masih banyak tokoh lainnya[1].
Kekalahan Islam akibat penghancuran yang
dilakukan oleh Hulagu Khan terhadap kota Baghdad sebagai pusat kekuasaan Islam
pada tahun 1258 M[2]
mengakibatkan kemunduran umat Islam dalam segala bidang kehidupan, baik ekonomi,
politik, budaya maupun pendidikan. Pasca penghancuran itu, umat Islam
seakan-akan sudah kehilangan semangat dalam menggali ilmu pengetahuan umum yang
bersifat ilmiah. Pembahasan-pembahasan serius dalam bidang kebudayaan (sastra),
filsafat, dan teologi yang seringkali dilakukan para Ilmuwan yang hidup pada
zaman kejayaan peradaban Islam, hilang tak membekas.
Kondisi seperti ini berlangsung sangat lama,
sehingga pendidikan Islam berada dalam keterbelakangan. Pendidikan Islam tidak
lagi memberikan perspektif masa depan yang cerah. Keadaan demikian berlaku di
semua negara Islam. Beriringan dengan masa ini, negara-negara Islam sedang
menjadi obyek jajahan bagi bangsa Eropa, sementara itu Napoleon mendarat
dimesir pada tahun 1798 M. Namun, ekspedisi ini datang tidak hanya untuk
kepentingan militer, tetapi juga untuk keperluan ilmiah, sehingga dia membawa
para ahli dalam berbagai cabang, tampaknya kedatangan Napoleon ini direspon
oleh para pemikir Islam dengan perlawanan baik fisik maupun intelektual.
Pendidikan
mesir oleh Napoleon Bonaparte adalah tonggak sejarah bagi umat Islam untuk
mendapatkan kembali kesadaran akan kelemahan dan keterbelakangan mereka.
Ekspedisi Napoleon di samping membawa pasukan tentara yang kuat, juga membawa
pasukan ilmuan dengan seperangkat peralatan ilmiah, untuk mengadakan penelitian
di mesir. Inilah yang membuka mata kaum muslimin sehingga pada akhirnya timbul
berbagai macam usaha pembaharuan dalam segala bidang kehidupan.
Tetapi untuk membalikan ilmu yang sudah di
sekkulerisasikan oleh barat tidak semudah membalikan tangan karena barat telah
mengubah definisi ilmu dari semestinya mereka memisahkan antara Al-Qur’an
dengan ilmu, oleh sebab itu banyak hal yang harus di Islamisasikan kembali maka
dari itu Syed Muhammad Naquib dan lain-lainnya mulai mengadakan yang namanya
Iislamisasi Ilmu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Islamisasi Ilmu menurut para ahli dan Al-Qur’an?
2. Bagaimana implementasi Islamisasi Ilmu dalam Al-Qur’an?
BAB II
KAJIAN TEORITIS
KAJIAN TEORITIS
1. Pengertian Islamisasi Ilmu
menurut Isma’il Raji Al-Faruqi
Menurut AI-Faruqi sendiri Islamisasi ilmu
pengetahuan berarti mengislamkan ilmu pengetahuan moderen dengan cara menyusun
dan membangun ulang sains sastra, dan sains-sains pasti alam dengan memberikan
dasar dan tujuan-tujuan yang konsisten dengan Islam. Setiap disiplin harus
dituangkan kembali sehingga mewujudkan prinsip-prinsip Islam dalam
metodologinya, dalam strateginya, dalam apa yang dikatakan sebagai
data-datanya, dan problem-problemnya. Seluruh disiplin harus dituangkan kembali
sehingga mengungkapkan relevensi Islam sepanjang ketiga sumbu Tauhid yaitu,
kesatuan pengetahuan, hidup dan kesatuan sejarah. Hingga sejauh ini
kategori-kategori metodologi Islam yaitu ketunggalan umat manusia, ketunggalan
umat manusia dan penciptaan alam semesta kepada manusia dan ketundukan manusia
kepada Tuhan, harus mengganti kategori-kategori Barat dengan menentukan
presepsi dan susunan realita
Berkenaan
dengan proses islamisasi ilmu pengetahuan tersebut al-Faruqi beranjak dari
pemikiran epistimologi Barat berbeda dengan Islam. Ia berusaha menawarkan
prinsip-prinsip yang menjadi dasar, ia meletakkan tauhid sebagai pondasai
dengan pola lima kesatuan:
1. Keesaan Allah SWT’
2. Kesatuan makhluk
3. Kesatuan kebenaran dan pengetahuan
4. Kesatuan hidup
5. Kesatuan umat manusia
Bagi Al-Faruqi Islamisasi Ilmu pengetahuan
merupakan suatu keharusan yang tidak dapat di tawar-tawar lagi oleh ilmuan
muslim karena menurutnya apa yang telah berkembang di dunia Barat dan merasuki
umat Islam saat ini sangatlah tidak cocok.
2. Pengertian Islamisasi Ilmu
menurut Syed Muhammad Naquib AL-Attas
Gagasan
Islamisasi ilmu pengetahuan yang diformulasikan oleh al-Attas merupakan
“revolusi episthemologi” sebagai jawaban terhadap krisis epistemologis yang
melanda bukan hanya dunia Islam akan tetapi juga budaya dan peradaban Barat.
Dalam operasionalisasi gagasan ini melibatkan dua langkah, yaitu; pertama,
mengenali dan memisahkan unsur-unsur yang dibentuk oleh budaya dan peradaban
Barat, kemudian di pisahkan dan diasingkan dari tubuh pengetahuan modern, khususnya
dalam pengetahuan humaniora. Kedua, memasukkan elemen-elemen Islam dari konsep
kunci kedalam setiap cabang ilmu pegetahuan masa kini yang relevan. Proses
Islamisasi ilmi pengetahuan kontemporer ini tidakah mudah, menurut orang-orang
yang terlibat didalamnya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang mendalam
terhadap peradaban Islam dan Barat.
Islamisasi ilmu
pengetahuan kontemporer bukanlah suatu evolusi tetapi pengembalian manusia
kepada fitrahnya. Artinya Islamisasi ilmu ini dapat melindungi manusia khususnya
umat Islam dari ilmu yang sudah tercemar dan menyesatkan yang dapat menimbulkan
kerusakan terhadap kehidupan umat manusia. Islamisasi akan membebaskan akal
manusia dari keraguan (Shakk), dugaan (zann) dan argumentasi
kosong (ra’y). akidah Islam juga jelas-jelas menyatakan adanya beragam
sarana diperolehnya pengetahuan yang mencerminkan pandangan kesatuan, yaitu
persepsi indrawi, akal sehat, dan berita yang benar (khabar sadiq/wahyu).
Kepastian (yaqin) dapat di capai oleh akal(ilmu yaqin), dengan penglihatan
(‘ainul yaqin) dan pengalaman (haqqul yaqin).[3]
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Kajian Tafsir
1. Islamisasi ilmu di dalam
Al-Qur’an
Ayat yang menjelaskan Islamisasi Ilmu salah satunya yaitu surah Al-Alaq
ayat satu sampai lima yaitu:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
(1) خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (٢) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ (٣) الَّذِي عَلَّمَ
بِالْقَلَمِ (٤) عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (٥)
Menurut
As-Sa’di di dalam Tafsirnya ayat (1) ini adalah surat pertama yang turun kepada
Rasulullah. Surat ini turun kepada Rasulullah sebagai perinsip-prinsi kenabian
pada saat beliau belum mengetahui apa itu Al-Qur’an dana pa itu iman, Jibril
mendatangi beliau dengan membawa risalah dan memerintahkan beliau untuk
membaca. Lalu Allah menurunkan kepadanya, “Bacalah, dengan menyebut nama
Rabbmu yang menciptakan,” yakni menciptakan makhluk secara umum[4].
Menurut Muhammad Abduh, kata Iqra disini berarti perintah,
perintah disini bukan perintah taklifi tetapi perintah takwiny.
Yakni hendaklah engkau menjadi seorang pembaca yang mahir, dengan qudrat dan
iradahku. Dan kalua di maksudkan amar taklifi, maka maknanya apabila
engkau membaca, hendaklah engkau membaca sebagai suatu amal yang hanya kanya
karena Allah melakukannya. Dan dibaca nama Allah dengan lidah yakni agar
menjadi pengingat bagi hati[5].
(2)kemudia Allah mengkhususkan manusia dan
menyebutkan awal penciptaannya, (yaitu)
“dari segumpal darah,”karena itu Dzat yang menciptakan manusia
dan mengaturnya pasti mengaturnya dengan perintah dan larangan dengan di
utusnya para rasul dan diturunkannya kitab suci. Karena itu Allah menyebutkan
penciptaan manusia setelah memerintahkan membaca.
(3-4)kemudia Allah berfirman “Bacalah, dan
Rabbmulah yang paling pemurah,” yakni yang banyak dan lusa sifatnya, sangat
pemurah, baik, luas dermanya yang di antaranya adalah mengajarkan berbagai
macam ilmu dan “mengajar (manusia) dengan perantaraan pena. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak di ketahuinya,” Allah mengeluarkan manusia
dari perut ibunya dalam keadaan tidak mengetahui apapun dan Allah membuatkan
pendengaran, penglihatan, dan hati serta mempermudah baginya seba-sebab ilmu.
Allah mengajarkan Al-Qur’an al-Hikmah dan mengajarkan melalui perantara pena
yang dengannya berbagai ilmu terpelihara, hak-hak terjaga, dan menjadi
utusan-utusan untuk manusia sebagai pengganti Bahasa lisan mereka. Segala puji dan karunia hanya milik Allah semata yang diberikan
pada para hambanya yang tidak mampu mereka balas dan syukuri. Kemudian Allah
menganugrahkan kecukupan dan keluasan rezeki kepada mereka.
Sedangkan
menurut Ar-Raji berpendapat dalam tafsirnya, bahwa pada dua ayat pertama
disuruh membaca diatas nama Tuhan yang telah mencipta, adalah mengandung
qudrat, hikmah, ilmu, dan rahmat. Semuanya adalah sifat Tuhan. Dan pada ayat
seterusnya seketika Tuhan menyatakan mencapai ilmu dengan qalam atau pena,
adalah suatu isyarat bahwa ada juga di dalam hokum ituyang tertulis, yang tidak
dapat dipahamkan kalua tidak di dengarkan dengan seksama. Maka pada dua ayat
pertama memperlihatkan rahasia Rububiyyah (rahasia keTuhanan), dan di
tiga ayat sesudahnya mengandung rahasia Nubuwwat (rahasia kenabian). Dan
siapa Tuhan itu tidaklah akan dikenal kalua bukan dengan perantaraan Nubuwwat,
dan Nubuwwat itu sendiri pun tidaklah aka nada kalua tidak ada kehendak Tuhan.
Di dalam ayat ini jelas yang
penilaian tertinggi kepada kepandaian membaca dan menulis. berkata Syaikh
Muhammad Abduh dalam tafsirnya: “Tidak di dapat kata-kata yang lebih mendalam
dan alasan nya yang lebih sempurna daripada ayat ini didalam menyatakan
kepentingan membaca dan menulis ilmu pengetahuan di dalam berbagai cabang dan
bagian-nya. Dengan itu mula dibuka segala wahyu yang akan turun di belakang.
Maka kaum muslimin tidak mendapat petunjuk dari ayat ini dan tidak mereka
perhatiakan jalan-jalan buat maju, merobek segala selubung pembungkus yang
menutup penglihatan mereka selama ini terhadap ilmu pengetahuan, atau
merampalkan pintu yang selama ini terkunci sehingga mereka terkurung dalam
bilik gelap, sebab di kunci erat-erat oleh pemuka-pemuka mereka sampai mereka
meraba raba dalam kegelapan bodoh, dan kalua ayat pembukaan wahyu ini tidak
menggetarkan hati mereka maka tidaklah mereka akan bangun lagi selama-lamanya”[6].
BAB IV
KAJIAN IMPLEMENTASI
Impelemntasi Islamisasi Ilmu dalam Al-Qur’an penulis akan menjelaskan
kandungan perayat di dalam surah Al-Alaq
No
|
Kajian Tafsir per ayat surah Al-Alaq
|
Implementasi
|
|
Pengertian Sekuler
|
Yang di Islamisasikan
|
||
1
|
Ilmu/Sains
|
Sains sekuler melihat ilmu dari dua sumber yaitu rasio dan
pengalaman yang diperkenalkan aliran rasionalisme dan emperisme. Menurut
rasionalisme dengan pendekatan deduktifnya menyatakan didapatkan ilmu itu
dari ide, bukan ciptaan manusia. Faham ini biasa disebut idealisme dan faham
ini menyatakan dengan penalaran yang rasional bisa mendapatkan satu kebenaran
.
Untuk kaum imperealis ilmu itu diketahui lewat satu pengalaman tetapi mereka tidak bisa membuktikan hahekat pengalaman itu, karena alat yang diperoleh manusia itu mempunyai keterbatasan yaitu pancaindra yang ada sangat memiliki keterbatasan. |
Dari pengertian sekuler dapat kita lihat bahwa sekuler memisahkan ilmu
dari sumbernya yaitu wahyu. Di dalam surah Al-Alaq sudah jelas Allah lah
pemilik semua ilmu. Maka sudah jelas pengertian ini perlu di islamisasikan
kembali
|
2
|
Insan/Manusia
|
Pengertian manusia yang sering kita dengar atau bahkan di ajarkan pada
sekolah-sekolah yang mana asal usul manusia menurut teori darwin berasal dari
kera/ monyet
|
Tetapi menurut Islam sangat bertolak belakang asal usul manusia di dalam
ayat ini sudah jelas bahwasanya manusia di ciptakan dari segumpal darah atau
di dalam surah lainnya sudah sangat terperinci bagaimana peroses penciptaan manusia
Q.S Al-Mu’minun (23):12-14.
|
3
|
Adab
|
Di dalam sekuler tidak ada yang namanya adab semua pasti ada hubungan timbal
balik
|
Di dalam Islam adab itu adalah no satu maka dari itu Rasulullah SAW di
utus oleh Allah SWT tujuan utamanya untuk menyempurnakan Akhlak, di dalam
Islam adab itu ada tiga adab terhadap penciptanya bagaimana manusia
mensyukuri atas pemberiannya, adab kepada manusia sesama dan terakhir adalah
adab kepada alam
|
4
|
Sarana
|
Sarana orang-orang sekuler dalam memahami ilmu pengetahuan hanya dengan
menggunakan pendengaran, pikiran dan akal tidak menggunakan hati atau tidak
melibatkan yang namanya wahyu.
|
Berbeda dengan Islam Allah mengeluarkan
manusia dari perut ibunya dalam keadaan tidak mengetahui apapun dan Allah
membuatkan pendengaran, penglihatan, dan hati serta mempermudah baginya
seba-sebab ilmu. Allah mengajarkan Al-Qur’an al-Hikmah dan mengajarkan
melalui perantara pena yang dengannya berbagai ilmu terpelihara, hak-hak terjaga,
dan menjadi utusan-utusan untuk manusia sebagai pengganti Bahasa lisan
mereka. Segala puji dan karunia hanya
milik Allah semata yang diberikan pada para hambanya yang tidak mampu mereka
balas dan syukuri. Kemudian Allah menganugrahkan kecukupan
dan keluasan rezeki kepada mereka.
|
5
|
Pengetahuan
|
Yang dimaksud Ilmu pengetahuan adalah
seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman
manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia . Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang
pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan
kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Ilmu
bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara
sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu
tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia
berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.
Ilmu pengetahuan adalah produk dari istemologepi.
|
Islam memandang bahwa ilmu seluruhnya adalah milik Allah, Ilmu
Allah itu sangat luas. Manusia dengan kemampuan akalnya berusaha untuk
menggali ilmu Allah. Hanya dengan izin Allah manusia diperkenankan untuk
mendapatkan ilmu-Nya. Maka tujuan mencari ilmu, mestinya diarahkan untuk
ma’rifah Allah (mengenal Allah), memahami syariah-Nya, mengemban tugas
sebagai hamba dan khalifah di bumi. Mencari ilmu untuk kebahagiaan hakiki
yang menyeimbangkan antara jasmani ruhani, spiritual material, dan duniawi
ukhrawi dalam ridha Allah. Hasilnya adalah terwujudnya manusia yang beriman
kuat, beramal manfaat, dan berakhlak mulia. Atas dasar
itu dalam sejarah Islam perkembangan ilmu pengetahuan maju pesat hingga
mencapai kejayaannya.
|
BAB V
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Dari makalah ini dapat di ambil kesimpulan bahwasanya
Islamisasi ilmu adalah peroses mengislamkan kembali ilmu yang sudah ada menurut
Al-Attas dalam mengoperasionalkan Islamisasi Ilmu melibatkan dua langkah,
yaitu: mengenali dan memisahkan unsur-unsur yang dibentuk oleh budaya dan
peradaban Barat, kemudian di pisahkan dan diasingkan dari tubuh pengetahuan
modern khususnya dalam pengetahuan humaniora. Kedua memasukan elemen-elemen
Islam dari konsep kunci kedalaman setiap cabang ilmu pengetahuan masa kini yang
relevan.
Surah Al-Qur’an yang menjelaskan Islamisasi Ilmu salah
satunya adalah surah Al-Alaq di dalam surah ini kita dapat mengambil pointpoint
dalam perayat bahwasanya ayat:
1.
Menjelaskan tentang ilmu
2. Menjelaskan penciptaan
manusia
3. Menjelaskan akan adab
manusia
4. Menjelaskan sarana
5. Menjelaskan pengetahuan
Kita harus mendefinisikan semua ini dalam sudut pandang Islam
DAFTAR PUSTAKA
Ash-Shiddeqy,
Prof. T. M. Hasbi, Tafsir Al-Bayan. Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1974, cet.
Ke-1
As-Sa’di, Syaikh Abdurrahman bin
Nashir, “Tafsir Al-Qur’an”, Jakarta: Pustaka Sahifa, 2007.
Hamka, “Tafsir
Al-Quran’”, Singapura: Pustaka Nasional, 2003.
Qadir,
C.A, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2002.
Wan
Daud, Nor Wan Mohd, Islamisasi Ilmu-Ilmu Kontemporer Dan Pean Universitas
Islam Dalam Konteks Dewesternisasi Dan Dekolonisasi. Bogor: Universitas Ibnu Khaldun, 2003.
[1] C.A.Qadir “Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
dalam Islam”,(Jakarta,Yayasan obor Indonesia,2002) hal.75
[2] Prof. Dr. H.
Samsul Nizar, “Sejarah Pendidikan Islam”, (Jakarta: Kencana, 2008)
[3]
Wan Mohd Nor Wan Daud, “Islamisasi Ilmu-Ilmu Kontemporer Dan Peran
Universitas Islam Dalam Konteks Dewesternisasi Dan Dekolonialisasi”,
(Bogor: Universitas Ibnu Khaldun, 2003) Hal: 36
[4] Syaikh
Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, “Tafsir Al-Qur’an”, (Jakarta: Pustaka
Sahifa, 2007), hal 607-608
[5] Prof. T. M.
Hasbi Ash-Shiddeqy, “Tafsir AlBayan”, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1974
cetakan pertama), hal 1655
[6] Prof. Dr.
Hamka, “Tafsir Al-Quran’”, (Singapura: Pustaka Nasional, 2003), hal:
8060
Categories: Jurnal