PEMIKIRAN PENDIDIKAN PROF.DR.H.ABUDDIN NATA, MA.
Posted by Unknown on 21:46
Oleh: Umar Makka, Lc
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah
adalah agama yang Syamilah Mutakamilah, universal dan telah
disempurnakan Allah,syariat dan hukum-hukumnya adalah universal yang tidak
terbatas oleh ruang waktu dan tempat, sempurna dan menyempurnakan terhadap
agama-agama sebelumnya sehingga ia tidak hanya menjadi rahmat bagi pengikutnya, namun juga merupakan Rahmatan
Lil Alamin, rahmat dan kasih sayang bagi semesta alam dan semua ummat
manusia.
Ilmu dan
pendidikan dalam Islam memiliki posisi yang sangat mulia, ini bisa dilihat
bagaimana wahyu pertama yang turun kepada nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
Wasallamdi gua Hira adalah perintah untuk membaca:
“Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar dengan perantaran
kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”(Qs.Al-Alaq 1-5).
Ada dua unsur
pendidikan yang Allah sebutkan dalam surah al-Alaq ini, yang pertama adalah,Al
qiro`ah yang berasal dari kata
Iqro` dalam ayat,yang berartimembaca. Membaca merupakan sala satu unsur
terpenting dalam pendidikan, kunci pengajaran dan pendidikan adalah membaca, bahkan
membaca merupakan kunci dari banyak kebaikan dan keberkahan. Unsur pendidikan
kedua yang Allah sebutkan dalam surah Al Alaq adalah Al Qolam yang
berarti pena, pena merupakan unsur pendidikan yang sangat penting, seorang
murid tidak akan mampu membaca dan menulis tanpa peranan pena.
Bukti
lain yang menunjukkan betapa ilmu dan pendidikan memiliki posisi yang amatlah
mulia dalam Islam, bahwasanya dalam keadaan perang sekalipun, ummat islam
tidaklah diperintahkan untuk keluar berperang semuanya, namun hendaklah ada
sekolompok dari kaum muslimin yang bertafaqquh fi ad-din yang
mengkhususkan diri dan waktu untuk mengkaji dan mendalami urusan agama, agar
kelak mereka kembali kepada kaum mereka untuk mengajarkannya.
“Tidak sepatutnya bagi
mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari
tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”(Qs.At-Taubah 122).
Ilmu dalam perspektif islam
menurut Imam Ibnu Taimiyah adalah Ilmu an-Nafi`, semua ilmu yang
bermanfaat, dan mengajarkan ilmu tersebut kepada ummat manusia, karena sebab
mendasar tersesatnya ummat ini dari jalan Allah dan terjerumusnya mereka ke
dalam kesesatan adalah tidak adanya ilmu dalam beramal, oleh karena itu menurut
Ibnu Taimiyah menuntut ilmu adalah Ibadah, safar dalam mencari ilmu adalah
Jihad, mengajarkannya kepada orang yang belum tahu adalah Shadaqah, dengan ilmu
seorang hamba mengenal dan menyembah Allah serta memuliakan dan
mentauhidkannya.[1]
Pendidikan dalam Islam
dikenal dengan beberapa istilah, At-Tarbiyah, At-Ta`lim, At-Ta`dib,
At-Tahzib, Al-Islah, At-Tath`hir, At-Tazkiyah, At-Tansyi`ah.Adapun At-Tarbiyah
atau pendidikan dalam perspektif Islam menurut Abdurrahman An-Nahlawi dalam
kitabnya Usul at-Tarbiyah al-Islamiyah adalah: 1) Mensucikan, mengembangkan, membersihkan dan mendekatkan setiap jiwa
kepada tuhannya, menjauhkannya dari segala bentuk kejahatan, dan menjaga
fitrahnya. Dan 2) Mendidik atau memindahkan ma`lumat
dan aqidah kedalam akal dan hati setiap mu`min, agar mereka amalkan dan
realisasikan dalam prilaku dan kehidudapan.[2]
Di tengah perkembangan teknologi pendidikan yang semakin maju dan
fasilitas pendidikan yang semakin berkembang, tidak dipungkiri bahwa krisis
pendidikan telah menimpa pendidikan modern di seluruh belahan Negara, baik itu
Negara maju atau Negara berkembang, dimana sistem pendidikan tidak sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dan Negara, yang akhirnya mengakibatkan jumlah dan
angka pengangguran yang semakin meningkat. Meluasnya kekerasan pada pelaku
pendidikan, akibat krisis kepimimpinan dan hilangnya qudwah hasanah
(contoh yang baik) di keluarga dan di lembaga pendididikan, yang bersumber dari
hilangnya aqidah shahihah (aqidah yang benar) dan nilai-nilai kemuliaan
dari wajah pendidikan modern.
Disaat yang
bersamaan krisis kejiwaan juga melanda wajah pendidikan moderen, karena salah
memahami hakekat jiwa dan fitrah manusia, hal ini semakin diperburuk dimana
pendidik, guru gagal dalam mamahami kejiwaan dan karakter muridnya, yang mengakibatkan
murid semakin menjauh dari guru, hilangnya akhlaq, adab (etika) dan ketaatan
murid kepada guru. Dr.Zaglul an-Najjar dalam kitabnya Nazharat fi `Azmati
at-Ta`lim al-Mu`ashir wa Hululiha al-Islamiyah, melihat bahwa solusi terbaik
dari krisis pendidikan modern ini adalah kembali kepada konsep pendidikan Islam
yang benar, karena ia merupakan satu-satunya konsep Rabbani yang ada dan nyatadi
tengah ummat manusia hari ini.[3]
Islam dalam
sejarah, telah melahirkan ulama-ulama hebat dalam bidang pendidikan yang telah banyak memberikan
kontribusi yang besar terhadap kemajuan pendidikan dunia dan khususnya
pendidikan Islam, baik secara konsep maupun pemikiran.Seperti Imam Al-Ghazali,
Imam Ibnu Taimiyah, Ibnu Miskawaih, Ibnu Jama`ah dan ulama-ulama lainnya. Islam
senantiasa diteguhkan dan dimuliakan Allah dengan lahirnya ulama-ulama penerus
estafet da`wah Rasulullah, dalam
pendidikan modern, Islam senantiasa melahirkan ulama dan intelektual
yang memberikan kontribusi terhadap kemajuan pendidikan modern, baik itu secara
konsep maupun pemikiran, salah satunya
adalah Prof.Dr.H.Abuddin Nata,MA.
II.
PEMBAHASAN
A.
Riwayat Hidup Prof.Dr.H.Abuddin Nata,MA.
Prof.Dr.H.Abuddin
Nata,MA lahir di Bogor, 2 Agustus 1954. Setelah menamatkan Madrasah Ibtidaiyah
Wajib Belajar di Nagrog, Ciampea Bogor pada tahun 1968, ia melanjutkan
pendidikan pada Pendidikan Guru Agama (PGA) 4 tahun sambil mondok di Pesantren
Nurul Ummah di alamat yang sama dan tamat tahun 1972. Setelah itu pendidikannya
dilanjutkan pada Pendidikan Guru Agama (PGA) 6 tahun sambil mondok di pesantren
Jauharatun Naqiyah, Cibeber, Serang, Banten dan tamat pada tahun 1974.[4]
Prof.Dr.H.Abuddin
Nata,MA Memperoleh gelar Sarjana Muda (BA) pada tahun 1979 dan Sarjana Lengkap
(Drs) jurusan Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) atau UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan tamat tahun 1981.
Gelar Magister (MA) bidang Studi Islam diperoleh pada tahun 1991, sedang gelar
Doktor bidang Studi Islam diperoleh pada tahun 1997 masing-masing dari Fakultas
Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan desertasi berjudul Konsep
Pendidikan Ibnu Sina. Pada tahun 1999 sampai dengan awal tahun 2000
berkesampatan mengikuti Visiting Post Doctorate Program di Institute of Islamic
Studies McGill University Montreal Canada atas biaya Canadian Internasional
Development Agency (CIDA) dengan fokus kajian pada Pemikiran Pendidikan Imam
al-Gazhali.
Karir bidang
pekerjaan dimulai sebagai tenaga peniliti lepas pada Lembaga Studi Pembangunan
(LSP) di Jakarta tahun 1981-1982.
Instruktur pada Lembaga Bahasa dan Ilmu Al-Qur`an (LBIQ) Daerah Khusus Ibukota
Jakarta tahun 1982-1985, Pengisi Acara Oborolan Ramadhan (Obor) pada Radio
Mustang Jakarta tahun 1992-1998. Setelah itu, ia bertugas sebagai Dosen Mata
Kuliah Filsafat Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, mulai tahun 1985.
Semasa kuliah,
ia tercatat sebagai aktivis antara lain sebagai Ketua Bidang II Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat (1978-1979), Pengurus Senat Masiswa Fakultas
Tarbiyah (1978-1979), Ketua Badan Pembinaan Kegiatan Mahasiswa (BPKM)
(1980-1981) masing-masing pada Institute Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Negara-negara yang pernah dikunjunginya antara lain Saudi
Arabia, Canada, Amerika Serikat, Alaska, Singapore, Hongkong. Jabatan yang
pernah dipegang antara lain sebagai Ketua Jurusan Kependidikan Islam Fakultas
Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1997-1998), Pembantu Dekan II
Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1998-1999), dan Pembantu
Rektor Bidang Administrasi Umum IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1999.[5]
B.
Buah Karya Tulis Prof.Dr.H.Abuddin Nata, MA.
“Gajah mati
meninggalkan Gading, Ulama meninggalkan meninggalkan karya,”
mungkin pepatah inilah yang pas untuk menggambarkan sosok Abuddin Nata. Di
tengah-tengah kesibukan beliau dalam menjalankan aktifitas kesehariannya
sebagai dosen, pengisi acara di Radio dan banyak lagi kesibukan lainnya, beliau
masih menyempatkan waktu untuk menulis karya-karnya, diantara karya beliau, Sejarah
Islam (1990), Ilmu Kalam (1990), Al-Qur`an Hadist (Dirasah
Islamiyah Islam) (1992), Ilmu Kalam Filsafat dan Tasawuf, (Dirasah
Islamiyah Metodologi Studi Islam) (1997), Akhlaq Tasawuf (1996), Filsafat
Pendidikan Islam (1995), Pola Hubungan Guru Murid (2001), Tafsir
Ayat-ayat Pendidikan (2002), Manajemen Pendidikan (2003), Pemikiran
Pendidikan Islam Abad Pertengahan (terj) Islamic Educational Thaught in
the Midle ages (2003), Dimensi Pendidikan Spritual Dalam Tradisi Islam
(2003), dan sejumlah entri untuk Entry Ensiklopedi Islam (1989), Ensiklopedi
Islam Indonesia (1993), Entry Ensiklopedi Islam (5 Jilid) (1996), Entry
Ensiklopedi Al-Qur`an (1997), Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan
Desertasi (2001), Membangun Pusat Keunggulan Studi Islam (2002), Integrasi
Ilmu Agama dan Ilmu Umum (2005), Pembaharuan Tokoh Pendidikan Islam
Indonesia (2005), Perspektif Islam tentang Pendidikan Kedokteran (2005),
Pendidikan dalam Perspektif Hadist, Kajian Tematik al-Qur`an (2005),
serta karya-karya beliau tentang buku-buku Agama Islam untuk Sekolah Menengah
Lanjutan Atas yang juga ditulis pada tahun (2005).[6]
C.
Gagasan dan Pemikiran Pendidikan Prof.Dr.Abuddin Nata MA.
Gagasan dan
pemikiran pendidikan Abuddin Nata dapat ditelusuri dari berbagai karya dan tulisan
beliau di bidang pendidikan, serta aktifitas beliau di dunia pendidikan,
sebagaimana yang telah diuraikan pada point sebelumnya.Dari berbagai judul buku
yang pernah ditulisnya tersebut, dapat disimpulkan dan diidentifikasi
aspek-aspek pemikiran dan pendidikan Islam yang dimajukan olehAbuddin Natasebagai
berikut:
1.
Visi dan Misi Pendidikan Islam
Visi pendidikan
Islam menurut Abuddin Natasesungguhnya melekat pada visi ajaran Islam itu
sendiri yang terkait dengan visi kerasulan para Nabi, mulai dari Visi kerasulan
Nabi AdamAlaihi as-Salamhingga kerasulan Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam yaitu membangun sebuah kehidupan manusia yang patuh dan
tunduk kepada Allah serta membawa Rahmat bagi seluruh alam.[7]
Visi ini tercantum dalam Al-Qur`an Surah
Al-Anbiya 107.
“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan
untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”(Qs.Al-Anbiya
107).
Sejalan dengan visi
pendidikan Islam sebagaimana tersebut di atas, maka misi pendidikan Islam
menurut Abuddin Nata juga erat kaitannya dengan misi ajaran Islam itu Sendiri.
Berdasarkan petunjuk dan Isyarat yang terdapat dalam Al-Qur`an, dijumpai
inforimasi bahwa misi pendidikan Islam terkait untuk memperjuangkan, menegakkan,
melindungi, mengembangkan dan membimbing tercapainya tujuan kehadiran agama
bagi manusia, Abuddin Nata kemudian menukil pendapat Imam al-Syathibi bahwa
tujuan kehadiran agama Islam adalah untuk melindungi lima hal yang merupakan
hak-hak asasi manusia yaitu: 1) untuk hidup (al-nafs/al-hayat),2) hak
beragama (ad-din),3) hak untuk berakal (al-aql),4) hak untuk
memperoleh keturunan/pasangan hidpup (al-nasl),5) hak memperoleh harta
benda (al-mal).[8]
2. Tujuan Pendidikan Islam
Sebelum menguraikan tujuan pendidikan Islam menurut Abuddin Nata,
berikut akan dikemukakan tujuan utama pendidikan Islam menurut Dr.Abdurrahman
al-Nahlawi dalam kitabnya usul at-Tabiyah al-Islamiyahyaitu, terwujudnya
ibadah kepada Allah semata dalam kehidupanpribadi dan masyarakat.[9]Sebagaimana
Allah jelaskan
dalam Al Qur`an Surah Ad-Dzariayatayat 56:
“Dan Aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”(Qs.Ad-Dzariyat
56).
Adapun tujuan pendidikan
menurut Abuddin Nata memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan
di muka bumi dengan sebaik-baiknya, yaitu melaksanakan tugas-tugas memakmurkan
dan mengolah bumi sesuai dengan kehendak Tuhan.
b. Mengarahkan manusia agar seluruh pelaksanaan
tugas kekhalifahannya di muka bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada
Allah, sehingga tugas tersebut terasa ringan dilaksanakan.
c. Mengarahkan manusia agar berakhlaq mulia,
sehingga ia tidak menyalahgunakan kekhalifahannya.
d. Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa, dan
jasmaninya, sehingga ia memiliki ilmu, akhlaq, dan keterampilan yang semua ini
dapat digunakan untuk mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahannya.
e. Mengarahkan manusia agar dapat mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.[10]
Dalam rangka membantu dan memudahkan
tugas para pemikir di bidang pendidikan Islam, Abuddin Nata dalam buku Filsafat
Pendidikan Islam membuat struktur perumusan tujuan pendidikan Islam sebagai
berikut:
a. Tujuan umum yang dikenal pula dengan tujuan
akhir.
b. Tujuan khusus, sebagai penjabaran dari tujuan
umum.
c. Tujuan perbidang pembinaan, misalnya tujuan
dari pembinaan aspek akal.
d. Tujuan
setiap bidang studi sesuai dengan bidang-bidang pembinaan tersebut.
e. Tujuan setiap pokok bahasan yang terdapat dalam
setiap bidang studi.
f. Tujuan setiap sub pokok bahasan yang terdapat
dalam setiap pokok bahasan.[11]
Rumusan di atas
dimaksudkan oleh Abuddin Nata agar memudahkan tugas para pemikir dan tugas para
pendidik Islam, karena ketika mereka akan melaksanakan kegiatan pendidikan,
maka sebelum merumuskan bidang kegiatan lain-lainnya, terlebih dahulu ia harus
dapat merumuskan dengan jelas mengenai sosok manusia yang ingin dihasilkan
melalui kegiatan pendidikannya itu. Rumusan pendidikan tersebut jelas
harus sesuai dengan petunjuk Al-Qur`an
dan Al-Hadist.
3.
Dasar-dasar Pendidikan Islam
Yang dimaksud
dengan dasar pendidikan Islam menurut Abuddin Nata adalah pandangan hidup yang
melandasari seluruh aktivitas pendidikan. Karena dasar menyangkut masalah ideal
dan fundamental, maka diperlukan landasan pandangan hidup yang kokoh dan
komprehensif, serta tidak mudah berubah.Lanjut menurut Abuddin Nata bahwa
Al-Qur`an dan Al-Hadist yang merupakan sumber utama pendidikan Islam telah
menguraikan dengan jelas dasar-dasar pendidikan Islam sebagai berikut:
a.
Dasar Tauhid,seluruh
kegiatan pendidikan Islam dijiwai oleh norma-norma Ilahiyahdan sekaligus
dimotivasi sebagai ibadah. Dengan ibadah pekerjaan pendidikan lebih bermakna,
tidak hanya makna material tetapi juga makna spritual. Dalam Al-Qur`an dan
Al-Hadist, masalah tauhid adalah masalah yang pokok, Ibnu Ruslan contohnya yang
ditulis oleh Abuddin Nata mengatakan bahwa yang pertama diwajibkan bagi seorang
muslim adalah mengetahui Tuhannya dengan penuh Tauhid atau keyakinan.
b.
Dasar Kemanusian,yang
dimaksud dengan dasar kemanusiaan adalah pengakuan akan hakekat dan martabat
manusia. Hak-hak sesorang harus dihargai dan dilindungi, dan sebaliknya untuk
merealisasikan hak-hak tersebut, tidak dibenarkan pelanggaran terhadap hak-hak
orang lain, karena setiap muslim memiliki persamaan derajat, hak, dan kewajiban
yang sama. Yang membedakan antara seorang muslim dengan lainnya hanyalah
ketaqwaannya {Qs.Al-Hujurat 13}.
c.
Dasar Kesatuan Ummat Manusia,yang dimaksud dengan dasar ini adalah pandangan yang melihat bahwa
perbedaan suku bangsa, warna kulit, bahasa dan sebagainya, bukanlah halangan
untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan ini, karena pada dasarnya semua manusia
memiliki tujuan yang sama yaitu mengabdi kepada Tuhan {Qs.Ali-Imran 105,
Al-Anbiya 92, Al-Hujurat 112}.Prinsip kesatuan ini selanjutnya menjadi dasar
pemikiran global tentang nasib ummat manusia di seluruh dunia. Yaitu pandangan,
bahwa hal-hal yang menyangkut kesejahteraan, keselamatan, dan keamanan manusia,
termasuk masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan, tidak cukup dipikirkan
dan dipecahkan oleh sekelompok masyarakatatau bangsa tertentu, melainkan
menjadi tanggung jawab antara suatu
bangsa dan bangsa lainnya.
d.
Dasar Keseimbangan, yang
dimaksud dengan dasar keseimbangan adalah prinsip yang melihat antara urusan
dunia dan akhirat, jasmani dan rohani, individu dan sosial, ilmu dan amal dan
sesterusnya adalah merupakan dasar yang antara satu dan lainnya saling
berhubungan dan saling membutuhkan. Prinsip keseimbangan ini merupakan landasan
terwujudnya keadilan, yakni adil terhadap diri sendiri dan adil terhadap orang
lain.
e.
Dasar Rahmatan Lil Alamin,maksud dari dasar ini adalah melihat bahwa seluruh karya setiap
muslim termasuk dalam bidang pendidikan adalah berorientasi pada terwujudnya
rahmat bagi seluruh alam,hal ini termaktub dalam Al-Qur`an Surah Al-Anbiya 107.
“ Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan
untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”(Qs.Al-Anbiya 107).
Pendidikan
untuk mencerdaskan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah
dilaksanakan dalam rangka mewujudkan rahmat bagi seluruh alam.[12]
4.
Pengertian Anak Didik
Menurut Abuddin
Nata, anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan
pengetahuan atau ilmu, bimbingan, dan pengarahan. Dalam pandangan Islam,
hakekat ilmu adalah milik Allah. Sedangkan proses memperolehnya dilakukan
melalui belajar kepada guru. Karena ilmu dari Allah, maka membawa konsekuensi
perlunya anak didik mendekatkan diri kepada Allah atau menghiasi diri dengan
akhlaq yang mulia yang disukai Allah.
Adapun akhlaq
yang harus dimiliki oleh seorang anak didik, Abuddin Nata dalam buku Filsafat
Pendidikan Islam, mengutip pendapat Asma Hasan Fahmi bahwa ada empat akhlaq
yang harus dimiliki seorang anak didik, yaitu:
a.
Seorang anak didik harus membersihkan hatinya dari kotoran dan
penyakit jiwa sebelum ia menuntut ilmu, karena belajar merupakan ibadah yang
tidak sah dikerjakan kecuali dengan hati yang bersih.
b.
Seorang anak didik harus mempunyai tujuan menuntut ilmu dalam
rangka menghiasi jiwa dengan sifat keutamaan, mendekatkan diri kepada Allah dan
bukan untuk mencari kemegahan dan kedudukan.
c.
Seorang pelajar harus tabah dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan
bersedia pergi merantau.
d.
Seorang anak murid wajib menghormati guru dan berusaha agar
senantiasa memperoleh kerelaan dari guru.[13]
5.
Lingkungan Pendidikan Islam
Lingkungan
pendidikan Islam adalah suatu institusi atau lembaga dimana pendidikan itu
berlangsung. Lingkungan Tarbiyah al-Islamiyahdi dalamnya terdapat
ciri-ciri keislaman yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan Islam dengan
baik, lingkungan sebagai sebuah tempat kegiatan sesuatu hal, mendapat
pengarahan dan perhatian dari Al-Qur`an al-Kariim, lingkungan dalam Al-Qur`an
dikenal dengan istilah al-qaryah yang diulanda dalam Al-Qur`an sebanyak
52 kali.
Adapun fungsi
likngkungan Tarbiyah Islamiyah antara lain menunjang terjadinya kegiatan
proses belajar mengajar secara aman, tertib, dan berkelanjutan. Untuk ini,
Al-Qur`an memberi isyarat tentang pentingnya menciptakan suasana saling
menolong, saling menasehati dan seterusnya agar kegiatan yang dijalankan
manusia dapat berjalan dengan baik.
Yang termasuk
lingkungan atau tempat berlangsungnya kegiatan pendidikan Islam terdiri dari
rumah, masjid, kutab dan madrasah, lanjut tentang lingkungan pendidikan Islam,
Abuddin Nata membagi lingkungan pendidikan Islam tiga bagian, Satuan Pendidikan
Luar Sekolah yaitu lingungan keluarga, Lingkungan Pendidikan Dalam Sekolah,
Serta Lingkungan Masyarakat.[14]
6.
Kurikulum Pendidikan Islam
Pendidikan Islam
sepanjang sejarah kegemilangannya memandang kurikulum pendidikan sebagai alat
untuk mendidik generasi muda dengan baik dan menolong mereka untuk membuka dan
mengembangkan kesediaan-kesediaan, bakat-bakat, kekuatan-kekuatan, dan
keterampilan mereka yang bermacam-macam dan menyiapkan mereka dengan baik untuk
melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi.
Adapun ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam, Abuddin Nata mengutip
pendapat Omar Muhammad at-Toumy
al-Syaibani bahwa kurikulum pendidikan Islam memiliki lima ciri yaitu:
a.
Menonjolkan tujuan agama dan akhlaq pada berbagai tujuannya,
kandungan, metode, alat, dan tekniknya bercorak agama.
b.
Meluas cakupannya dan menyeluruh kandungannya, yaitu kurikulum yang
betul-betul mencerminkan semangat, pemikiran dan ajaran yang menyeluruh.
c.
Bersikap seimbang diantara berbagai ilmu yang dikandung dalam
kurikulum yang akan digunakan.
d.
Bersikap menyeluruh dalam menata seluruh mata pelajaran yang
diperlukan anak didik.
e.
Kurikulum yang disusun selalu disesuaikan dengan minat dana bakat
anak didik.
Kurikulum
pendidikan Islam selain memiliki ciri-ciri sebagaimana disebutkan di atas, ia
juga memiliki prinsip yang harus ditegakkan. Al-Syaibany menurut yang dikutip
Abuddin Nata menyebutkan tujuh prinsip kurikulum pendidikan Islam, yaitu: 1) Prinsip
pertautan yang sempurna dengan agama, 2) Prinsip menyeluruh (universal)
pada tujuan-tujuan dan kandungan-kandungan kurikulum, yakni mencakup akidah,
akal, dan jasmani, 3) Prinsip keseimbangan yang relatif antara tujuan-tujuan
dan kandungan kurikulum, 4) Prinsip keterkaitan antara bakat, minat,
kemampuan-kemampuan, keterampilan dan kebutuhan pelajar, 5) Prinsip
pemeliharaan perbedaan-perbedaan individual antara para pelajar, 6) Prinsip
menerima perkembangan dan perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan
tempat, 7) Prinsip keterkaitan antara berbagai mata pelajaran dengan
pengalaman-pengalaman dan aktifitas yang terkandung dalam kurikulum.[15]
7.
Evaluasi Dalam Pendidikan Islam
Evaluasi
pendidikan memiliki kedudukan yang sangat strategis, karena hasil dari kegiatan
evaluasi dapat digunakan sebagai input untuk melakukan perbaikan kegiatan
pendidikan.
Ajaran Islam
juga menaruh perhatian yang besar terhadap evaluasi tersebut. Allah SWT dalam
berbagai fimanNya dalam kitab suci Al-Qur`an memberitahukan kepada kita, bahwa
pekerjaan evaluasi terhadap manusia didik adalah merupakan suatu tugas penting
dalam tangkaian proses pendidikan yang telah dilaksanakan oleh pendidik. Adapun
tujuan evaluasi menurut ajaran Islam, berdasarkan pemahaman terhadap ayat-ayat
Al-Qur`an antara lain dapat disebutkan sebagai berikut: 1) Untuk menguji daya kemampuan orang manusia
beriman terhadap berbagai macam problema hidup yang dialaminya.2) Untuk
mengetahui sampai dimana hasil pendidikan wahyu yang telahditerapkan Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam, terhadap
umatnya.3)Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat-tingkat hidup keislaman
atau keimanan manusia, sehingga diketahui manusia yang paling muliadi sisi
Allah SWT.[16]
III.
KESIMPULAN
Setelah menguraikan secara singkat pemikiran pendidikan Islam
Prof.Dr.Abuddin Nata MA di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut;
1)
Dari berbagai karya dan tulisannya di bidang pendidikan,
Prof.Dr.Abuddin Nata MA bisa dikategorikan bukan hanya praktisi pendidikan,
namun juga pemikir pendidikan Islam yang menawarkan beberapa pemikiran dan
konsep yang bisa diaplikasikan dalam pendidikan Islam.
2)
Visi dan misi pendidikan Islam menurut Abuddin Nata adalah sejalan
dengan ajaran islam itu sendiri, mendekatkan manusia kepada Allah dan menjadi rahmatan
lil alamin, serta menjaga kehormatan manusia. Adapun tujuan pendidikan
Islam, membimbing manusia untuk menyembah dan mentauhidkan Allah. Pendidikan
Islam menurut Abuddin Nata memiliki dasar-dasar diataranya, dasar tauhid, dasar
kemanusiaan, dasar keseimbangan, dasar persatuan, dasar rahmatan lil alamin.
Menurut beliau anak didik harus mendekatkan diri kepada Allah atau menghiasi
diri dengan akhlaq yang mulia yang disukai Allah. Lingkungan pendidikan menurut
Abuddin Nata mencakup keluarga, sekolah, dan Masyarakat. Abuddin Nata
menyebutkan bahwa, kurikulum pendidikan sebagai alat untuk mendidik generasi
muda dengan baik untuk menyiapkan mereka dengan baik untuk melaksanakan
fungsinya sebagai khalifah di muka bumi. Menurut Abuddin Nata, Al-Qur`an telah
memberitahukan kita, bahwa pekerjaan evaluasi terhadap manusia didik adalah
merupakan suatu tugas penting dalam tangkaian proses pendidikan yang telah
dilaksanakan oleh pendidik.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata."Filsafat Pendidikan Islam". 2005.
Jakarta: Gaya Media Pratama.
____________.Pafadigma
Pendidikan Islam Kapita Selekta Pendidikan Islam.
2001. Jakarta, Pt.Gramedia.
____________.Manajemen
Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam
Di Indonesia. 2003. Jakarta Prenada Media.
____________.Kapita
Selekta Pendidikan Islam Isu-Isu Kontemporer Tentang
Pendidikan
Islam.2012. Jakarta.
Raja Wali Press.
____________.Pendidikan
Spritual Dalam Tradisi Keislaman. 2003. Bandung.
Ankasa.
____________.Pendidikan
Dalam Perspektif Islam. 2005. Jakarta. UIN Jakarta
Press.
Abdurrahman
al-Nahlawi. "Usul at-Tarbiyah al-Islamiyah". 1999. Damaskus:
Darul Fikr.
Majid Irsan
al-Kailani. "al-Fikr at-Tarbawi Inda Ibn Taimiyah". 1986.
Madinah:
Maktabah Daru at-Turast. Cet II.
Zaghlul
an-Najjar. "Nazharat fi `Azmati at-Ta`lim al-Mu`ashir wa Hululiha
al-Islamiyah". 2006. Mesir: Mathba`ah al-Madani. Cet I.
[1]. Majid Irsan
al-Kailani, al-Fikr at-Tarbawi Inda Ibn Taimiyah, Madinah, Maktabah Daru
at-
Turast, 1986, Cet II, Hal 91.
[2]. Abdurrahman
al-Nahlawi,Usul at-Tarbiyah al-Islamiyah, Damaskus, Darul Fikr,
1999, Hal
171
[3].Zaghlul
an-Najjar, Nazharat fi `Azmati at-Ta`lim al-Mu`ashir wa Hululiha
al-Islamiyah, Mesir,
Mathba`ah al-Madani, 2006, Cet I, Hal 87.
[4].Abuddin Nata, Pafadigma
Pendidikan Islam Kapita Selekta Pendidikan Islam, 2001, Jakarta,
Pt.Gramedia, Hal 338. Lihat juga buku,
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi
KelemahanPendidikan Islam Di Indonesia, 2003, Jakarta
Prenada Media, hal 309. Lihat Juga
buku, Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan
Islam, 2005, Jakarta : Gaya Media Pratama. Cet
Pertama. Hal 273.
[5].Abuddin Nata, Pafadigma
Pendidikan Islam Kapita Selekta Pendidikan Islam, 2001, Jakarta,
Pt.Gramedia, Hal 338. Lihat juga buku,
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi
KelemahanPendidikan Islam Di Indonesia, 2003, Jakarta
Prenada Media, hal 309. Lihat Juga
buku, Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan
Islam, 2005, Jakarta : Gaya Media Pratama. Cet
Pertams, Hal 275.
Pt.Gramedia, Hal 338. Lihat juga buku,
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi
KelemahanPendidikan Islam Di Indonesia, 2003, Jakarta
Prenada Media, hal 309. Lihat Juga
buku, Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan
Islam, 2005, Jakarta : Gaya Media Pratama. Cet
Pertama Hal 274.
Hal 30.
[9].Abdurrahman
an-Nahlawi, Usul at-Tarbiyah al-Islamiyah, Lebanon, Darul Fikr, 2001,
Cet II,
Hal 108.
Hal 106.
Hal 110.
Hal 63.
Hal 135.
Hal 172.
Hal 180.
Categories: Jurnal