ALAM SEMESTA

Posted by Unknown on 01:45
BAB  I
PENDAHULUAN

A.        Latar belakang
Kalau kita renungkan alam ini dengan fikiran kita, niscaya kita akan mendapatkan bahwa ia bagaikan sebuah rumah yang dibangun dan di dalamnya tersedia semua yang dibutuhkan oleh rumah itu, langit ditinggikan bagaikan atap, bumi dihamparkan bagaikan lantai, bintang-bintang dipasang bagaikan pelita, dan permata-permata disimpan bagaikan simpanan. Semua itu disiapkan dan disediakan untuk kepentingan alam ini.[1]
Banyak bermunculan tentang teori penciptaan alam, mengapa, dan bagaimana alam semesta ini terbentuk.. Pada abad ke 19, banyak orang mempercayai teori alam semesta yang tetap. Teori ini mengatakan bahwa alam semesta tidak memiliki permulaan, dengan kata lain alam semesta ini telah ada sejak dahulu kala dan tidak berubah (statis)..
Kemudian, pada abad 20 muncul suatu teori baru tentang penciptaan alam semesta, yaitu teori Big Bang. Teori ini mengatakan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Pada teori ini, dikatakan bahwa alam semesta terbentuk karena sebuah ledakan besar yang disebut Big Bang..[2]
Al-Qur’an menyebutkan tentang kejadian alam semesta dan berbagai proses kealaman lainnya, tentang penciptaan manusia, termasuk manusia yang didorong hasrat ingin tahunya dan dipacu akalnya untuk menyelidiki segala apa yang ada disekitarnya seperti keingintahuan tentang rahasia alam semesta.
Alam semesta merupakan ciptaaan Allah Swt yang diperuntukkan kepada manusia yang kemudian diamanahkan sebagai khalifah untuk menjaga dan memeliharaan alam semesta ini, selain itu alam semesta juga merupakan media bagi manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang terproses melalui pendidikan.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka pemakalah tertarik untuk memaparkan tentang konsep alam menurut Al Qur’an, yang didalamnya membahas tentang pengertian, proses penciptaan Alam Semesta, tujuan penciptaan Alam Semesta dan implementasi Alam Semesta terhadap pendidikan islam.
B.     Rumusan masalah
Dalam penulisan makalah ini barikut pemakalah cantumkan rumusan masalah, diantaranya:
1.    Apa yang dimaksud dengan alam?
2.    Bagaimanakah proses penciptaan alam semesta ?
3.    Apa tujuan dari penciptaan Alam Semesta ?





                                    














BAB II
KAJIAN TEORITIS

A.                Pengertian Alam
Alam dalam pandangan Filsafat Pendidikan Islam dapat dijelaskan sebagai berikut. Kata alam berasal dari bahasa Arab ’alam (عالم ) yang seakar dengan ’ilmu (علم, pengetahuan) dan alamat (  علامة, pertanda). Ketiga istilah tersebut mempunyai korelasi makna. Alam sebagai ciptaan Tuhan merupakan identitas yang penuh hikmah. Dengan memahami alam, seseorang akan memperoleh pengetahuan. Dengan pengetahuan itu, orang akan mengetahui tanda-tanda atau alamat akan adanya Tuhan.[3]
Dalam bahasa Yunani, alam disebut dengan istilah cosmos yang berarti serasi, harmonis. Karena alam itu diciptakan dalam keadaan teratur dan tidak kacau. Alam atau cosmos disebut sebagai salah satu bukti keberadaaan Tuhan, yang tertuang dalam keterangan Al-qur`an sebagai sumber pokok dan menjadi sumber pelajaran dan ajaran bagi manusia.
Menurut pendapat lain Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia di dunia ini selain Allah beserta Dzat dan sifat-Nya. Alam dapat dibedakan mrnjadi beberapa jenis, diantaranya adalah alam ghoib dan alam syahadah. Alam syahadah dalam istilah Inggris disebut universe yang artinya seluruhnya, yang dalam bahasa sehari-hari disebut sebagi alam semesta. Alam semesta merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak dan perhatian Allah. Allah menciptakan alam semesta ini dengan susunan yang teratur dalam aspek biologi, fisika, kimia, dan geologi beserta semua kaidah sains.[4]
Istilah alam dalam alqur’an datang dalam bentuk jamak (‘alamiina), disebut sebanyak 73 kali yang termaktub dalam 30 surat. 15 Pemahaman kata ‘alamin, merupakan bentuk jamak dari keterangan al-quran yang mengandung berbagai interpretasi pemikiran bagi manusia.
Kata `alamin merupakan bentuk prulal yang mengindikasikan bahwa alam semesta ini banyak dan beraneka ragam. Pemaknaan tersebut konsisten dengan konsepsi Islam bahwa hanya Allah Swt yang Ahad, Maha Tunggal dan tidak bisa dibagi-bagi. Kemudian beliau menuturkan kembali bahwa konsep islam megenai alam semesta merupakan penegasan bahwa alam semesta adalah sesuatu selain Allah Swt.[5]
Di dalam Al Qur'an pengertian alam semesta dalam arti jagat raya dapat dipahami dengan istilah "assamaawaat wa al-ardh wa maa baynahumaa"[6]. Istilah ini ditemui didalam beberapa surat Al Qur'an , salah satunya dalam surat Al Anbiya ayat 16  
$tBur $oYø)n=yz uä!$yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tBur $yJåks]÷t tûüÎ7Ïè»s9 ÇÊÏÈ      
Dan tidaklah kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa alam semesta bermakna sesuatu selain Allah Swt, maka apa-apa yang terdapat di dalamnya baik dalam bentuk konkrit (nyata) maupun dalam bentuk abstrak (ghaib) merupakan bahagian dari alam semesta yang berkaitan satu dengan lainnya.

BAB III
KAJIAN TAFSIR

A.                Penciptaan alam semesta
Zaman dahulu kala, pengetahuan manusia mengenai alam semesta sangatlah terbatas. Peralatan untuk meneliti angkasa tidaklah secanggih sekarang. Karenanya, kadang kala manusia berpikir yang aneh-aneh tentang munculnya alam semesta.
Berbagai percobaan, pengamatan, hingga perhitunganpun dilakukan, bahkan sampai saat ini. Adapun beberapa teori-teori yang menjelaskan tentang penciptaan alam semesta diantaranya :
  1. Teori alam semesta tak hingga
“alam semesta bukanlah sesuatu yang di ciptakan. Jika ia di ciptaka, ia sudah pasti diciptakan oleh tuhan dengan seketika dan dari ketiadaan,” begitulah yang ditulis seorang filosof materalis George Politzer (1860), dalam bukunya Principes Fondamentaux de Philosophie.[7]

  1. Teori Big Bang
Big Bang merupakan model penciptaan alam semesta yang menerangkan bahwa alam semesta telah “diciptakan dari ketiadaan.” Edwin Hubble (1929) memulai penelitian  di observatorium Mount Wilson California, Amerika. Dia membuat salah satu penemuan terbesar di sepanjang sejarah astronomi. Ketika mengamati bintang-bintang dengan teleskop raksasa, ia menemukan bahwa mereka memancarkan cahaya merah sesuai dengan jaraknya. Hal ini berarti bahwa bintang-bintang ini “bergerak menjauhi” kitaSebab, menurut hukum fisika yang diketahui, spektrum dari sumber cahaya yang sedang bergerak mendekati pengamat cenderung ke warna ungu, sedangkan yang menjauhi pengamat cenderung ke warna merah.

  1. Teori Multiverse
Teori multiverse ini pertama kali di kemukakan oleh seorang astrofisika Paul Davies (2003) di dalam tulisannya yang berjudul A Brief History Of The Multiverse (Sejarah Singkat jagat Raya Jamak). Ia mengatakan: “Perhitungan jeli menempatkan kecepatan pengembangan ini sangat dekat pada angka kritis yang dengannya alam semesta akan terlepas dari gravitasinya dan mengembang selamanya. Sedikit lebih lambat dan alam ini akan runtuh, sedikit lebih cepat dan keseluruhan materi alam semesta sudah berhamburan sejak dulu. Jelasnya, Big Bang bukanlah sekedar ledakan zaman dulu, tapi ledakan yang terencana dengan sangat cermat“ Davies (2003:…..)

  1. Teori steady-state
Teori mengatakan bahwa alam semesta tetap. Sir Fred Hoyle (1928)  menyatakan bahwa alam semesta tak hingga dan kekal sepanjang masa (alam semesta ini statis). Hal ini bertujuan mempertahankan paham Materalis.

  1. Menurut Al-Qur’an
Al Qur’an telah menjelaskan bahwa sebenarnya seluruh kejadian di alam semesta ini, sudah terjadi dan kejadiannya mengikuti segala rencana dan konsep yang sudah tertera di dalamnya. Gambaran jelasnya, bahwa semua proses alam semesta ini mengikuti dan merujuk pada segala yang tertuang dalam Al Qur’an, apakah diketahui atau tidak tabir rahasianya oleh manusia.
Al-Qur’an merupakan nasehat terbaik yang mengembalikan para pendengarnya kepada kesadaran. Selain itu, Al-Qur’an juga merupakan sistem teragung. Di antara sistem agung yang disebut dalam Al-Qur’an adalah sistem alam semesta ini. Ia ada bukan terjadi secara kebetulan, akan tetapi keberadaannya memang direncanakan dan diciptakan oleh Allah secara sistematis. Tanpa diciptakan Allah, maka sesungguhnya alam semesta ini tidak ada termasuk manusia yang ada di dalamnya.[8]
Al-Qur’an penuh dengan berbagai ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, orang yang ingin meneliti tentang sastra, sejarah, teknologi, kisah, etika dan sebagainya, niscaya akan mendapatkan di dalamnya. Akan tetapi hal ini bukan yang menjadi tujuan utama diturunkannya Al-Qur’an. Perintah utamanya adalah mentadaburi serta memikirkan makna-maknanya karena Al-Qur’an adalah kitab petunjuk.[9]
Mengenai proses penciptaan alam semesta, Al-Qur'an telah menyebutkan secara gamblang mengenai hal tersebut, dan dapat dipahami bahwa proses penciptaan alam semesta menurut al-Qur`an adalah secara bertahap. Hal ini dapat diketahui melalui firman Allah Swt dalam Surat Al Anbiya ayat 30:

óOs9urr& ttƒ tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. ¨br& ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tFtR%Ÿ2 $Z)ø?u $yJßg»oYø)tFxÿsù ( $oYù=yèy_ur z`ÏB Ïä!$yJø9$# ¨@ä. >äóÓx« @cÓyr ( Ÿxsùr& tbqãZÏB÷sムÇÌÉÈ  

"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga yang beriman?"
Kata ratq diterjemahkan sebagai dijahit (bergabung menjadi satu). Kata tersebut digunakan untuk menyatakan dua bahan yang berbeda dan bercampur, sementara itu kata fataqa diartikan sebagai diurai (mengurai atau menghancurkan struktur ratq).[10]
Tafsir QS Al Anbiya : 30
1.      Tafsir Ibnu Katsir
Allah Ta’ala berfirman mengingatkan tentang kekuasaan-Nya yang sempurna dan kerajaan-Nya yang agung. “Dan apakah orang-orang yang kafir itu tidak mengetahui”, yaitu orang-orang yang mengingkari kekuasaan Allah. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa Allah adalah Rabb Yang Maha Esa dalam penciptaan lagi bebas dalam penataan, maka bagaimana mungkin Dia layak disekutukan bersama yang lain-Nya? Apakah mereka tidak mengetahui bahwa langit dan bumi dahulunya adalah bersatu? Lalu berpecah-belah, maka langit menjadi tujuh dan bumi menjadi tujuh serta antara langit dan bumi dipisahkan oleh udara, hingga hujan turun dari langit dan tanah pun menumbuhkan tanam-tanaman. Untuk itu Dia berfirman: “Dan dari air, Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” yaitu, mereka menyaksikan berbagai makhluk, satu kejadian demi kejadian secara nyata. Semua itu adalah bukti tentang adanya Maha Pencipta yang berbuat secara bebas lagi Maha kuasa atas apa yang dikehendaki-Nya.[11]

2.      Tafsir Jalalain
Menurut Tafsir Jalalain, apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasannya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu. Kemudian Allah telah menjadikan langit tujuh lapis dan bumi tujuh lapis pula. Kemudian langit itu dibuka sehingga dapat menurunkan hujan yang sebelumnya tidak dapat menurunkan hujan. Kami buka pula bumi itu sehingga dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, yang sebelumnya tidak dapat menumbuhkannya.
“Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup”. Maksudnya airlah yang menjadi penyebab bagi seluruh kehidupan baik manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Namun mengapalah orang-orang kafir tiada juga beriman terhadap keesaan Allah.[12]

3.      Tafsir Al-Mishbah
Berbeda-beda pendapat ulama tentang firman-Nya ini. Ada yang memahaminya dalam arti langit dan bumi tadinya merupakan gumpalan yang terpadu. Hujan tidak turun dan bumipun tidak ditumbuhi pepohonan, kemudian Allah membelah langit dan bumi dengan jalan menurunkan hujan dari langit dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan di bumi. Ada lagi yang berpendapat bahwa bumi dan langit tadinya merupakan sesuatu yang utuh tidak terpisah, kemudian Allah pisahkan dengan mengangkat langit ke atas dan membiarkan bumi tetap ditempatnya berada dibawah lalu memisahkan keduanya dengan udara.
Ayat ini dipahami oleh sementara ilmuan sebagai salah satu mukjizat Al-qur’an yang mengungkap peristiwa penciptaan planet-planet.  Banyak teori ilmiah yang dikemukakan oleh para pakar dengan bukti-bukti  yang cukup kuat, yang menyatakan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan atau yang diistilahan oleh ayat ini dengan  ratqan. Lalu gumpalan itu berpisah sehingga terjadilah pemisahan antar bumi dan langit.[13]

4.      Tafsir Al-Maraghi
Secara umum ayat ini membahas tentang keesaan Allah yang terdapat pada penciptaan langit dan bumi. Allah mencela orang-orang musyrik yang menyembah tuhan-tuhan selain-Nya karena tidak memikirkan tanda-tanda keesaan-Nya yang dipancangkan di dalam alam. Kemudian, Allah mengarahkan perhatian mereka, bahwa mereka tidah patut menyembah berhala dan patung, karena Tuhan yang Kuasa atas seluruh makhluk ini Dialah yang berhak disembah, bukan batu atau pohon yang tidak dapat mengelakkan kemudharatan, tidak pula kuasa mendatangkan manfaat.
Sesuai dengan ayat pertama yang artinya “Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa dahulu langit dan bumi itu berpadu dan saling berhubungan, kemudian Kami memisahkan keduanya dan menghilangkan kesatuannya”. Ahli astonomi dewasa ini juga mengatakan hal yang sama. Mereka menetapkan bahwa matahari adalah bola api yang berotasi (berputar pada sumbunya) selama jutaan tahun. Ditengah-tengah perjalanannya yang cepat, planet kita (bumi) dan planet-planet lain dari garis khatulistiwa matahari terpisah dari padanya dan menjauh. Hingga kini bumi kita tetap berotasi dan berevolusi menurut sistem tertentu, sesuai dengan hukum daya tarik.
 “dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup” demikian pula dengan air itu, Dia menghidupkan dan menumbuhkan setiap tumbuhan. Qatadah mengatakan: “Kami menciptakan setiap yang tumbuh dari air”. Maka setiap yang tumbuh itu ialah hewan dan tumbuhan. Sebagian kaum cendekia dewasa kini berpendapat bahwa setiap hewan pada mulanya diciptakan di laut. Maka seluruh jenis burung, binatang melata dan binatang darat itu berasal dari laut. Kemudian setelah melalui masa yang sangat panjang, hewan-hewan itu mempunyai karakter sebagai hewan darat, dan menjadi berjenis-jenis. Untuk membuktikan hal itu, mereka mempunyai banyak bukti.
Apakah mereka tidak beriman dengan jalan memikirkan dalil-dalil ini, sehingga mereka mengetahui Pencipta yang tidak ada sesuatu pun menyerupai-Nya, dan mereka meninggalkan jalan kemusyrikan.[14]
Pada tahun 1925, seorang astronom Amerika Serikat yang bernama Edwin Hubble mempersembahkan sebuah bukti pengamatannya bahwa semua galaksi bergerak saling menjauhi antara satu dengan yang lain, hal ini menyiratkan bahwa alam semesta senantiasa berkembang. Teori perluasan alam semesta ini adalah sebuah fakta ilmiah.[15]
Al-Qur’an telah mengatakan sifat alam semesta ini dalam ayatnya
uä!$uK¡¡9$#ur $yg»oYøt^t/ 7&÷ƒr'Î/ $¯RÎ)ur tbqãèÅqßJs9 ÇÍÐÈ  
Dan langit itu Kami bangun dengan tangan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya. (QS: Adz Dzariyat: 47)
Kata musi’un dalam bahasa Arab diterjemahkan dengan memperluas dan ini mengacu pada penciptaan dan perluasan alam semesta. Stephen Hawking dalam bukunya A Brief History Time menyebutkan, “Penemuan fakta ilmiah bahwa alam senantiasa berkembang adalah sebuah revolusi intelektual abad ke-20.”[16]
Tafsir  QS Adz Dzariya : 47
1.      Tafsir Ibnu Katsir
Menurut Tafsir Ibnu Katsir, dalam ayat ini Allah berfirman seraya mengingatkan penciptaan alam uluwwi (bagian atas) dan alam sufli (bagian bawah). Allah telah menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara dan tinggi dengan kekuatan-Nya. Demikian itu dikemukakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, dan Qatadah Ats-Tsauri dll. dan Allah juga yang telah menjadikan seluruh penjurunya luas, kemudian Kami meninggikan tanpa menggunakan tiang, sehingga ia menggantung sebagaimana adanya.[17]
2.      Tafsir Jalalain
Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dengan kekuatan kami. dan Sesungguhnya kami benar-benar berkuasa dikatakan adar rajulu ya-idu qawiyyu artinya lelaki itu menjadi kuat. Dikatakan awsa’ar rajulu, artinya ia menjadi orang yang memiliki pengaruh dan kekuatan.[18]

3.      Tafsir Al-Mishbah
Dan langit itu kami bangun yaitu ciptakan dengan kekuasaan (kami) yang Maha Dahsyat atau berdasar nikmat Kami yang melimpah dan Sesungguhnya kami benar-benar Maha Luas dalam kekuasaan kami tanpa ada sesuatupun yang menghalangi.
Ayat 47 ini, mengisyaratkan beberapa rahasia ilmiah. Diantaranya bahwa Allah SWT menciptakan alam yang luas ini dengan kekuasaanNya. Dia maha kuasa atas segala sesuatu. Kata sama’ (langit) pada ayat tersebut dimaksudkan sebagai segala sesuatu yang ada disekitar benda-benda langit seperti plenet, bintang, tata surya dan galaksi juga disebut langit. Bagian alam raya yang terlihat ini amatlah luas, tak terbayangkan dan tak terbatas, sebab jaraknya bisa mencapai jutaan tahun cahaya. Menurut ilmu pengetahuan modern, satu tahun cahaya berarti jarak yang dilalui cahaya dengan kecepatan 300.000 km/s. Frase “Wa Inna Lamusi’un” sesungguhnya kami benar-benar maha meluaskan. Artinya, Kami meluaskan alam tersebut yang berlangsung sepanjang masa. Ini juga telah ditemukan dalam ilmu pengetahuan modern yang dikenal dengan teori ekspansi. Menurut teori tersebut, nebula di luar galaksi tempat kita tinggal menjauh dari kita dengan kecepatan yang berbeda-beda. Bahkan banda-benda langit dalam satu galaksi pun saling menjauh satu sama lainnya.[19]
4.      Tafsir Al-Maraghi
Al-Aidi (  اَلْاَيْدِ   ) Kekuatan
Lamusi’un : (  لَمُوْسِعُوْنَ  ) Benar-benar mempunyai kemampuan untuk menciptakan langit dan menciptakan lainnya. Berasal dari kata Al-Wus’u yang berarti tenaga.
Secara umum, setelah Allah SWT memasukkan terjadinya penghimpunan dan memberikan dalil-dalil yang menunjukkan bahwa penghimpunan itu pasti terjadi tanpa diragukan lagi, maka Allah menunjukkan keesaan dan kebesaran kekuasaan-Nya. Diterangkan bahwa Allah telah menciptakan langit tanpa tiang, dan menghamparkan serta membentangkan bumi ini supaya bisa didiami oleh manusia maupun binatang, dan Dia telah menciptakan pula masing-masing jenis binatang sejodoh-sejodoh, jantan atau betina, supaya kebaradaan segala jenis binatang tetap berlangsung sampai dengan kebinasaan alam ini, sesuai dengan yang dikehendaki Allah.
Dan sesungguhnya Allah telah membangun langit dengan kemampuan-Nya yang mengagumkan dan kekuasaan Yang Maha Besar. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuasa untuk melakukan hal itu tanpa mengalami keletihan maupun kepayahan. Pernyataan ini merupakan sindiran terhadap kaum Yahudi yang mengatakan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari. Lalu beristirahat pada hari ketujuh dengan berbaring di atas ‘Arsy.[20]
Kesesuaian yang harmoni antara Al-Qur’an dan teori Big Bang adalah sesuatu hal yang tidak dapat dielakkan lagi. Sungguh menakjubkan! Bagaimana mungkin sebuah kitab yang muncul di padang pasir Arab 1.400 tahun yang silam mengandung kebenaran ilmiah yang mendalam[21]

B.                 Tujuan Penciptaan Alam Semesta
Dalam perspektif Islam, tujuan penciptaan alam semesta pada dasarnya adalah sarana untuk menghantarkan manusia pada pengetahuan dan pembuktian tentang keberadaan dan kemahakuasaan Allah Swt.[22] Keberadaaan alam semesta merupakan petunjuk yang jelas tentang keberadaaan Allah Swt. Oleh karena itu dalam mempelajari alam semesta, manusia akan sampai pada pengetahuan bahwa Allah Swt adalah Zat yang menciptakan alam semesta.
Alam semesta tercipta diperutukkan untuk manusia sebagai penerima amanah dengan menjadi khalifah di muka bumi ini. Alam dapat menjadi sumber ilham melalui potensi akal yang diberikan Allah swt kepada manusia untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan hakikat-hakikat yang terdapat di dalam alam semesta ini.[23] Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa manusia akan memperoleh manfaat dan keuntungan yang amat besar apabila manusia tersebut mampu dan mengerti dalam memanfaatkan apa saja yang terdapat di alam semesta ini.
Untuk lebih jelas bagaimana hakikat dari tujuan serta fungsi penciptaan alam semesta adalah sebagai berikut:
           Penciptaan alam semesta bertujuan untuk memperlihatkan kepada manusia bahwa Allah swt adalah Maha Pencipta seluruh alam dengan segala kemuliaanNya dan segala kekuasaanNya[24]. Sebagaimana firman Allah swt dalam surat al-Dukhan ayat 38-39
Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak Mengetahui.
  Alam semesta diciptakan sebagai bahan dan sumber pelajaran serta pengamatan bagi manusia untuk menggali khazanah rahasia Allah Swt dengan akal dan pengamatan untuk dapat menyumbangkan suatu kebajikan dan faedah manusia seluruhnya yang pada akhirnya manusia akan memahami apa hakikat diciptakannya alam semesta ini[25]. Hal ini tertera dalam surat Yunus : 4
Ïmøs9Î) öNä3ãèÅ_ötB $YèŠÏHsd ( yôãur «!$# $ˆ)ym 4 ¼çm¯RÎ) (#ätyö7tƒ t,ù=sƒø:$# ¢OèO ¼çnßÏèムyÌôfuÏ9 tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏHxåur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# ÅÝó¡É)ø9$$Î/ 4 tûïÏ%©!$#ur (#rãxÿŸ2 óOßgs9 Ò>#uŽŸ° ô`ÏiB 5OŠÏHxq ë>#xtãur 7OŠÏ9r& $yJÎ/ (#qçR%x. šcrãàÿõ3tƒ ÇÍÈ

Hanya kepadaNyalah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar daripada Allah , Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya Kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil. dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka.
Alam semesta diciptakan Allah Swt untuk kepentingan manusia, untuk memenuhi kebutuhan manusia selama hidup di permukaan bumi ini. Oleh karenanya alam telah ditundukkan oleh Allah Swt untuk mereka, sebagai tempat tinggal bagi manusia, ini dimaksudkan agar manusia mudah dalam memahami alam semesta dan tahu bagaimana cara memanfaatkannya untuk kepentingan mereka[26]. Salah satu ayat yang menerangkan akan hal ini terdapat dalam surat Ibrahim ayat 33









BAB  IV
KAJIAN IMPLEMENTASI

Islam menegaskan bahwa esensi alam semesta adalah selain dari Allah Swt. Dia adalah al-Rabb, yaitu Tuhan Maha Pencipta yang menciptakan seluruh Makhluk yang makro dan mikro kosmos. Proses pendidikan adalah menyampaikan sesuatu kepada titik kesempurnaannya secara berangsur-angsur. Karenanya, implementasi terhadap pendidikan islam adalah :
1.      Alam semesta ini diciptakan oleh Allah SWT sebagai fasilitas bagi manusia. Atau dapat dikatakan alam semesta ini diciptakan hanya untuk umat manusia. Kenapa begitu ? karena setelah dikaji, ternyata banyak keistimewaan yang terdapat di alam semesta ini, yang diciptakan hanya untuk membantu kehidupan manusia
2.      Pendidikan islam merupakan suatu proses atau tahapan dimana peserta didik diberi bantuan kemudahan untuk mengembangkan potensi jismiyah dan ruhaniyahnya sehingga fungsional untuk melaksanakan fungsi dan tugas-tugasnya dalam kehidupan di alam semesta.[27] oleh karena pendidikan merupakan proses dan tahapan, maka pendidikan Islami akan berlangsung secara terus-menerus sepanjang kehidupan manusia di muka bumi ini.
3.      Alam semesta adalah media pendidikan sekaligus sebagai sarana yang digunakan oleh manusia untuk melangsungkan proses pendidikan. Di dalam alam semesta ini manusia tidak dapat hidup dan “mandiri” dengan sesungguhnya. Karena antara manusia dan alam semesta saling membutuhkan dan saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Dimana alam semesta ini butuh manusia untuk merawat dan memeliharanya sedangkan manusia butuh alam semesta sebagai sarana berinteraksi dengan manusia lainnya.[28]
4.      Alam semesta dapat dijadikan sebagai materi dalam pendidikan. Maksudnya alam semesta ini dapat dijadikan materi/bahan ajar dalam kegiatan pendidikan. Karena selain menambah khazanah pengetahuan kita, mempelajari alam semesta juga dapat juga menambah keyakinan, keimanan, dan menguatkan tauhid kita sebagai umat muslim. Mulai dari siapa pencipta alam semesta itu, tujuan diciptakannya alam semesta, bagaimana proses penciptaannya, dan sebagainya. Semua hal itu sangat penting dipelajari dan dijadikan materi pelajaran dalam pendidikan
Meskipun alam diciptakan dan ditundukan Allah Swt untuk manusia, bukan berarti manusia dapat mengetahui dan memahami apa-apa yang terdapat dari padanya, karena sampai sekarang pun fenomena alam dengan segala kerahasiaan Allah Swt dalam menciptakannya masih menjadi misteri yang belum terpecahkan secara tuntas. Oleh dasar inilah Al-Quran mengajurkan kepada manusia untuk terus menggali khazanah yang terdapat dari penciptaan alam semesta ini.
















BAB V
KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa
  1. Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia di dunia ini selain Allah beserta Dzat dan sifat-Nya. Alam semesta adalah segala sesuatu yang ada pada diri manusia dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan sistem yang unik dan misterius dan dapat dicapai oleh indera manusia yang merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak dan perhatian Allah
  2. Al-Qur’an lebih dahulu  menceritakan tentang proses penciptaan alam semesta jauh sebelum ilmu pengetahuan mencapainya (sekitar abad 6) dan kini kebenaran Al-qur’an itu sudah dapat dibuktikan kebenarannya dengan adanya kecocokan dalam sains (abad-20)
  3. Tujuan alam diciptakan adalah bukan untuk dirusak, dicemari, dan dihancurkan. Akan tetapi adalah untuk difungsikan semaksimal mungkin dalam kehidupan. Tujuan alam diciptakan juga  bukan untuk disembah, dikultuskan, dan dimintai pertolongan. Akan tetapi adalah untuk dikelola, dibudidayakan, dan dimanfaatkan dalam kehidupan. Pada akhirnya alam diciptakan hanya sebagai fasilitas semata bagi manusia untuk mengenal dan lebih mendekatkan diri pada Allah.
  4. Proses penciptaan Alam dimulai dari penyatuan antara ruang alam dan materi dari sesuatu yang padu (Al-Anbiya’ ayat 30) kemudian terjadi pemisahan oleh allah dengan mengalami proses transisi membentuk dukhan. Setelah itu ruang alam melebar, meluas, dan memuai (Adz-Zariyat ayat 47).





DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Nur Karim

Alim, Akhmad, Sains dan Teknologi Islami (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014)
Al-Mahalli, Imam Jalaluddin dan Imam Jalaluddin As-Suyuti. 2008. Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa. 1989. Terjemah Tafsir Al-Maraghi. Semarang: CV Toha Putra.
Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7, (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i), 2005, hlm. 543-544.
an-Nahlawi, Abdurrahman, Ushulut tarbiyah Islamiyah wa asalibiha fil baiti wal madrasati wal mujtama` (Beirut: dar al-fikr, 1999)

Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam, Membangun Kerangka Ontologi, Epistimologi, dan Axiologi Praktik Pendidikan (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2008)

al-Syaibany, Omar Mohammad Al-Toumy terj Hasan Langulung, Falsafah Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1979)

Ghazali, Imam, Keajaiban Penciptaan Makhluk (Jakarta: Ufuk Publishing House, 2011)

Naik, Zakir, Miracles Of Al-Qur’an & As-Sunnah (Solo: Aqwam Media Profetika, 2015)

Sani, Ridwan Abdullah, Sains Berbasis Al-Qur’an (Jakarta: Bumi Aksara, 2015)

Shihab, M. Quiaish, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati), 2002,

Zar, Sirajuddin, Konsep penciptaan alam dalam pemikiran Islam, Sains dan AlQur’an (Jakarta: RajaGrafindo Perkasa, 1999)





[1] Iman Ghazali, Keajaiban Penciptaan Makhluk (Jakarta: Ufuk Publishing House, 2011)  hal. 7
[2] http//melyme-agama.blogspot.com
[3] Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam, Membangun Kerangka Ontologi, Epistimologi, dan Axiologi Praktik Pendidikan   hal 4
[5] Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam, Membangun Kerangka Ontologi, Epistimologi, dan Axiologi Praktik Pendidikan   hal  8
[6] Ibid. hal 10
[8] Dr. Ahmad Alim, MA, Sains dan Teknologi Islami (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014) hal 98
[9] Ibid, hal 98
[10] Dr. Ridwan Abdullah Sani, M.Si,  Sains Berbasis Al-Qur’an (Jakarta: Bumi Aksara, 2015)  hal 171
[11] DR. ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8, (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i), 2005, hlm. 446-448.
[12] Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul Jilid 2, (Bandung: Sinar Baru Algensindo), 2008, hlm. 126-127.
[13] M. Quiaish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati), 2002, hlm 442-445.
[14] Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: CV. Toha Putra), 1989, Hlm. 37-41.
[15] Dr. Zakir Naik,  Miracles Of Al-Qur’an & As-Sunnah (Solo: Aqwam Media Profetika, 2015) hal 123
[16] Ibid hal 23
[17] DR. ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7, (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i), 2005, hlm. 543-544.
[18] Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul Jilid 2, (Bandung: Sinar Baru Algensindo), 2008, hlm. 931.
[19] M. Quiaish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati), 2002, hlm. 350-352.
[20] Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: CV. Toha Putra), 1989, Hlm. 15-17.
[21] Dr. Zakir Naik,  Miracles Of Al-Qur’an & As-Sunnah (Solo: Aqwam Media Profetika, 2015) hal 13
[22] Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam, Membangun Kerangka Ontologi, Epistimologi, dan Axiologi Praktik Pendidikan hal 32
[23] Omar Mohammad Al-Toumy al-Syaibany  terj Hasan Langulung, Falsafah Pendidikan Islam 47
[24]  Abdurrahman an-Nahlawi, Ushulut tarbiyah Islamiyah wa asalibiha fil baiti wal madrasati wal mujtama` hal 38
[25] Sirajuddin Zar, Konsep penciptaan alam dalam pemikiran Islam, Sains dan AlQur’an hal 19
[26] Lihat Abdurrahman an-Nahlawi, Ushulut tarbiyah Islamiyah wa asalibiha fil baiti wal madrasati wal mujtama` hal 41
[27] Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam, Membangun Kerangka Ontologi, Epistimologi, dan Axiologi Praktik Pendidikan hal 98
[28] Ibid., hal 112
Categories: