Pemikiran Pendidikan Hasan Langgulung
Posted by Unknown on 21:22
Oleh: Nasrullah, S.Pd.I
memperoleh gelar M.A dalam bidang psikologi dan mental hygiene. Pada tahun 1971, ia memperoleh gelar Ph.D dalam bidang psikologi dari Universitas Georgia, Amerika Serikat.[2]
A.
Biografi Hasan Langgulung
Hasan Langgulung adalah putra kelahiran Rappang, Sulawesi Selatan,
Indonesia pada tanggal 16 Oktober 1934. Ia memulai sekolah formal di sekolah
dasar di desa kelahirannya (Rappang).
Kemudian ia melanjutkan menengah Islam di Ujung Pandang pada tahun 1942-1952.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Ujung Pandang, ia meneruskan studinya ke
sekolah Guru Islam Atas, juga di Ujung Pandang pada tahun 1952-1955 dan B.I di
Ujung Pandang pada tahun 1957-1962.[1]
Hasan Langgulung merupakan seorang pemuda Indonesia yang haus akan
ilmu pengetahuan terus dan terus belajar. Tak puas dengan ilmu yang telah
diperoleh, ia kemudian melanjutkan studi di Ein Syam University, Cairo tahun
1963-1964 untuk mendapatkan gelar Diploma of Education. Pada tahun yang sama
(1964) ia juga memperoleh gelar
Diploma dalam bahasa Arab modern dari Institut
of Higer Arab Studies, Arab League (Cairo). Ia kemudian melanjutkan studi pada
program pascasarjana di Ein Syam University, Cairo pada tahun 1967 dan
memperoleh gelar M.A dalam bidang psikologi dan mental hygiene. Pada tahun 1971, ia memperoleh gelar Ph.D dalam bidang psikologi dari Universitas Georgia, Amerika Serikat.[2]
B.
Pemikiran Hasan Langgulung
1.
Falsafah Pendidikan Islam
Falsafah pendidkan Islam bersumber dari falsafah hidup Islam.
Falsafah hidup Islam mencakup kebenaran yang bersifat spekulatif dan praktikal
yang dapat menolong untuk menafsirkan tentang manusia, sifat-sifatnya, nasib
kesudahannya, dan keseluruhan hakikat. Ia didasarkan di atas prinsip-prinsip
awal atau tertinggi, dan tidak berubah yang memiliki norma-norma yang tidak
akan bertakluk pada kesalahan-kesalahan bagi tingkah laku individu dan
masyarakat. Dari pandangan manusia dan dunia, malah keseluruhan realitas,
muncullah falsafah hidup, yang juga berarti falsafah pendidikan.[3]
Di atas dasar inilah segala falsafah pendidikan yang betul harus
dibina. Falsafah pendidikan Islam menentukan tujuan akhir, maksud, objektif,
nilai-nilai, dan cita-cita yang telah ditentukan lebih dahulu oleh falsafah
hidup Islam dan dilaksanakan oleh proses pendidikan. Falsafah Islam meletakkan
prinsip-prinsip, norma-norma yang menguasai keseluruhan skop pendidikan.[4]
Ini semua memerlukan pemahaman terhadap prinsip-prinsip dasar Islam tentang:
a.
Kejadian manusia menurut pandangan Islam dan tujuan hidupnya.
b.
Sifat-sifat semula jadi manusia yang merupakan sebagian sifat-sifat
Tuhan.
c.
Keadaan amanah dan khalifah manusia di atas bumi ini.
d.
Perjanjian antara Tuhan dan umat manusia.
2.
Pemikiran Tentang Pendidikan Islam
Dari tiga term yang digunakan para ahli untuk menunjukkan istilah
pendidikan Islam, yaitu: ta’lim, tarbiyah, dan ta’dib, Hasan
Langgulung lebih cendrung menggunakan kata ta’dib untuk menunjukkan
makna pendidikan Islam. Menurutnya kata itu lebih tepat digunakan karena
mempunyai arti proses mendidik yang
lebih tertuju kepada pembinaan dan penyempurnaan akhlak dan budi pekerti atau
dalam arti kata penumbuhan semangat agama dan akhlak. Pandangannya tersebut
merujuk pada hadits Nabi saw:[5]
“Tuhan telah
mendidikku, maka Ia sempurnakan pendidikanku”.
(H.R. Al-‘Asykari dari Ali
RA).
Beliau juga
merujuk firman Allah swt yang artinya
”Dan Allah telah mengajarkan kepada Adam segala sesuatu, kemudian
Allah berkata kepada malaikat;”beritahukanlah pada-Ku nama-nama semua tiu, jika
kamu benar”.” (Q.S. Al
Baqarah: 31).
a. Tujuan
Pendidikan
Tujuan merupakan sesuatu yang esensial bagi kehidupan manusia.
Dengan adanya tujuan semua aktivitas dan gerak manusia menjadi lebih dinamis,
terarah, dan bermakna. Di saat berbicara tentang tujuan pendidikan, tak boleh
tidak membawa untuk berbicara tentang tujuan hidup manusia. Manusia diciptakan Allah
dan diberi tugas untuk memikul amanah di permukaan bumi. Tujuan pendidikan itu hendaknya sesuai
dengan proses yang membentuk pandangan Islam terhadap pendidikan.[6]
Hasan
Langgulung mengatakan proses itu adalah: 1)Generasi
muda hendaklah dididik menyembah Allah, dengan melaksanakan perintahNya dan
menjauhi laranganNya. 2)Generasi muda
harus dididik hidup dalam masyarakat yang mengakui prinsip kerjasama,
persaudaraan, dan persamaan. 3)Generasi baru
harus dididik menggunakan akal. 4) Generasi baru
harus dididik bersifat terbuka dan menjauhi sifat menyendiri tanpa menonjolkan
diri. 5)Generasi
mudah harus dididik menggunakan pemikiran ilmiah.
Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan hendaknya sesuai dengan
tujuan pendidikan yang diinginkan. Dalam
hal ini, ia membagi sumber ilmu pengetahuan itu kepada empat sumber yaitu panca
indera, akal, intuisi, dan ilham.
Setelah melihat pandangan diatas, bahwa tujuan pendidikan itu
merupakan suatu alat untuk mengembangkan potensi yang ada pada manusia untuk
menjadi khalifah di muka bumi. Dan tujuan pendidikan Islam yang ingin dicapai
Hasan Langgulung yaitu keseimbanganpertumbuhan kepribadian manusia secara
menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui pelatihan jiwa, akal, fikiran
(intelektual), diri manusia yang rasional, perasaan dan indera. Karena itu
pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik,
yang meliputi aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah, dan
bahasa, baik secara individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut
berkembang ke arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan akhir muslim terletak pada
perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah, baik secara pribadi,
komunitas, maupun seluruh umat manusia.[7]
b.
Kurikulum Pendidikan
Secara umum Hasan Langgulung berpandangan bahwa kurikulum
pendidikan dalam Islam bersifat fungsional, tujuannya mengeluarkan dan
membentuk manusia muslim, kenal agama dan Tuhannya, berakhlak Al Qur’an, tetapi
juga mengeluarkan manusia yang mengenal kehidupan, sanggup menikmati kehidupan yang
mulia, dalam masyarakat bebas dan mulia, sanggup memberi dan membina masyarakat
itu dan mendorong dan mengembangkan kehidupan ke situ, melalui pekerjaan
tertentu yang dikuasainya.[8]
Kurikulum atau isi pendidikan sebagaimana hendaknya mencakup materi
yang berkaitan dengan pengembangan aspek fitrah, intelektual, imajinasi, fisik,
ilmiah, dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif yang dilakukan secara seimbang. Selain itu,
materi pendidikan juga mencakup ilmu pengetahuan umum dan nilai-nilai agama.
Dengan cara demikian, maka peserta didik akan mampu menjawab tantangan zaman
yang timbul dalam kehidupan. Untuk itu setiap peserta didik harus membuka diri untuk menerima ilmu pengetahuan
umum tanpa mengabaikan nilai-nilai agama.[9]
c.
Metode Pendidikan
Berdasarkan pada pandangan tentang psikologi manusia yang sejalan
dengan ajaran Islam, maka metode pendidikan juga pada prinsipnya harus sesuai dengan jiwa
manusia. Dalam psikologi dikatakan, bahwa manusia adalah makhluk
multidimensional dan multitalented. Manusia adalah makhluk yang suka meniru,
suka pada cerita, suka mencoba-coba, suka ingin tahu, suka pada keindahan, suka
pada upacara, dan lain sebagainya. Di samping ciri-cri kejiwaan yang positif
itu terdapat pula ciri-ciri kejiwaan yang kurang positif, seperti rasa enggan,
rasa membangkang, cepat bosan dan sebagainya. Berbagai kecendrungan dan rasa
suka manusia ini agar diberdayakan dalam proses belajar mengajar. Untuk itu
dalam kegiatan mengajar atau metode pendidikan agar menggunakan berbagai metode
yang sejalan dengan jiwa manusia, seperti metode ceramah, tanya jawab, kisah,
cerita, dramatisasi pertunjukan, dan lain sebagainya. Dengan berbagai metode
tersebut, maka diharapkan tidak akan terjadi kebosanan dalam menerima
pelajaran.[10]
Selain itu, dalam hal metodologi juga agar memperhatikan hal-hal
sebagai berikut: Pertama, metode yang digunakan harus berkaitan dengan
tujuan pendidikan pendidikan untuk membina peserta didik. Kedua, metode
yang digunakan agar benar-benar berlaku sesuai Al Qur’an dan Al Sunnah. Ketiga,
bagaimana seorang guru menggerakan peserta didik untuk senantiasa disiplin
dalam belajar. Keempat, agar memilih dan menerapkan metode yang memiliki
relevansi dan sekaligus menunjang bagi tercapainya tujuan yang dirumuskan
sesuai dengan asas-asas pendidikan.[11]
d.
Asas-asas Pendidikan
Agar tujuan, muatan, dan metode pendidikan tersebut dapat berjalan
dengan baik, maka pendidikan perlu memiliki asas-asas yang kuat. Dalam hubungan
ini terdapat beberapa asas yang dimajukan oleh Hasan Langgulung, antara lain:
Pertama, asas-asas historis yaitu asas yang berkaitan dengan pengalaman
positif umat di masa lalu dalam bidang pendidikan yang masih relevan untuk
diterapkan. Kedua, asas sosiologis yaitu asas yang berkaitan dengan
kesesuaian antara pendidian yang diberikan dengan keadaan dan perkembangan
masyarakat. Ketiga, asas ekonomi yaitu agar penyelenggaraaan pendidikan
dapat disesuaikan dengan keadaan ekonomi
masyarakat. Keempat, asas politik yaitu agar materi yang diajarkan tidak
bertentangan dengan tujuan dan filsafat serta ideologi yang dianut oleh
masyarakat. Kelima, asas psikologi yaitu asas yang berkaitan dengan
kondisi kejiwaan manusia, sehingga proses pembelajaran dan penggunaan metode
pengajaran sejalan dengan keadaan jiwa peserta didik, dan Keenam, asas
filsafat, yaitu asas yang berkaitan dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan
agar sesuai denga ajaran Islam.[12]
C.
Kesimpulan
Dari pembahasan yang sudah dipaparkan penulis maka dapat diambil
kesimpulan yaitu:pertama,Falsafah
pendidkan Islam bersumber dari falsafah hidup Islam. Falsafah hidup Islam
mencakup kebenaran yang bersifat spekulatif dan praktikal yang dapat menolong
untuk menafsirkan tentang manusia. kedua,Tujuan
pendidikan menurut Hasan Langgulung yaitu hendaknya sesuai dengan proses yang
membentuk pandangan Islam terhadap pendidikan.Ketiga,Kurikulum
yaitu hendaknya mencakup materi yang berkaitan dengan pengembangan aspek
fitrah, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah, dan bahasa, baik secara
individual maupun kolektif yang
dilakukan secara seimbang. Selain itu, materi pendidikan juga mencakup ilmu
pengetahuan umum dan nilai-nilai agama.Keempat,Manusia adalah makhluk
yang suka meniru, suka pada cerita, suka mencoba-coba, suka ingin tahu, suka
pada keindahan, suka pada upacara, dan lain sebagainya jadi metode yang dipakai
dalam pendidikan harus sesuai dengan jiwa manusia.
Hasan
Langgulung menggunakan asas-asas dalam pendidikannya yaitu historis,
sosiologis, ekonomi, politik, psikologi, dan filsafat.
DAFTAR
PUSTAKA
Langgulung,
Hasan. 2008.Asas-asas Pendidikan Islam.Jakarta: PT Pustaka Al Husna Baru.
-----------------------.
2004. Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologis, Filsafat dan
Pendidikan. Jakarta: Pustaka al Husna Baru.
Nata, Abuddin. 2012.Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat. Depok: PT RajaGrafido Persada.
Ramayulis, Nizar, Syamsul. 2005.Ensiklopedi
Tokoh Pendidikan Islam; Mengenal Tokoh Pendidikan di Dunia Islam dan Indonesia.
Ciputat: PT. Ciputat Press Group.
[1] Prof. Dr. H.
Ramayulis dkk. Ensiklopedi Tokoh
Pendidikan Islam; Mengenal Tokoh Pendidikan di Dunia Islam dan Indonesia. (Ciputat:
PT. Ciputat Press Group, 2005) hlm 157.
[3] Prof. Dr.
Hasan Langgulung. Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologis, Filsafat
dan Pendidikan. (Jakarta: Pustaka al Husna Baru, 2004) hlm 3.
[8] Prof. Dr.
Hasan Langgulung. Asas-asas Pendidikan Islam. (Jakarta: PT Pustaka Al
Husna Baru, 2008) hlm 114.
[9] Prof. Dr. H.
Abuddin Nata, MA. Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat. (Depok: PT
RajaGrafido Persada, 2012) hlm 343.
Categories: Jurnal