TUJUAN PENDIDIKAN
Posted by Unknown on 03:45
بسم
الله الرحمن الرحيم
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Belajar
merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Dan setiap warga Indonesia berhak
mendapatkan Pendidikan yang baik, layak dan berkualitas. Karena, itu merupakan hak setiap warga negara Indonesia yang telah diamanatkan oleh UUD
1945 sebagimana disebutkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 yang menyatakan bahwasanya “pemerintah Negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, pedamaian abadi dan keadilan sosial”.
Pemerintah menyelenggarakan
pendidikan mulai dari tingkat dasar, menengah, lanjutan hingga sarjana tidak
mungkin dengan tanpa tujuan, melainkan untuk menjadikan para peserta didik
menjadi orang yang beriman, dan bertakwa kepada Allah U,
dan berbudi luhur antarsesama, sebagaimana yang tercantum dalam tujuan
pendidikan nasional dalam UUD 1945 (versi Amandemen) dalam Pasal 31, ayat 3
menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.”
Akan tetapi
belakangan ini kalau kita melihat realita yang terjadi di dunia pendidikan
nasional sungguh sangat jauh dari tujuan yang diharapkan, dan diamanatkan oleh
undang-undang, seolah-olah tanpa tujuan yang jelas.
Dan akhir-akhir ini wajah pendidikan di negeri ini
tercoreng dengan banyaknya kasus yang memilukan yang terjadi dilakukan oleh
anak didik itu sendiri dilingkungan sekolah mereka, seperti apa yang terjadi di
salah satu sekolah dasar di Jakarta. Dua anak didiknya terlibat dalam adu fisik
hingga memakan korban, yang membuat kita
miris lagi ternyata 37% pelajar di
Indonesia terbiasa merokok sepertia apa yang disampaikan oleh Direktur
Eksekutif Lentera Anak Indonesia Jakarta Heri Chariansyah[1]
dan yang lebih menghawatirkan lagi apa yang disampaikan BNN bahwa 22% dari pelajar dan mahasiswa adalah pemakai
narkoba.[2]
Problema
pendidikan di Negeri ini tidak berhenti sampai disini, bahkan dikehidupan
sehari-hari tidak jarang kita dapatkan
seorang anak melawan hingga menghabisi nyawa orang tuanya, hanya karena
keinginannya tidak dituruti, tawuran antar pelajar masih sering terjadi, dan
Tentu, kasus demi kasus ini bukanlah harapan yang diinginkan oleh wali murid,
guru dan tidak pula oleh siswa itu sendiri, bahkan ini semua jauh dari tujuan
diadakannya kegiatan pendidikan di negeri ini terlebih lagi bila ditinjau dari
sisi tarbiyah islamiyah tentu sangat jauh sekali dari nilai-nilai yang
diajarkan islam baik yang tercantum dalam Al-Quran maupun hadits-hadits Rasulullah
r.
Al-Qur’an adalah
kitab petunjuk yang sempurna untuk menjawab segala kebutuhan ummat manusia
kapanpun dan dimanapun, bagi yang mau membaca dan mentadabburi ayat-ayat Nya, termasuk masalah tarbiyah atau
pendidikan.
B. RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas,
penulis dapat merumuskan masalah yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana
tujuan pendidikan dalam Al-Qur’an?
2. Bagaimana
implementasi tujuan pendidikan Islam dalam pendidikan saat ini?
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. PENGERTIAN
TUJUAN
Kalau kita melihat
kamus-kamus yang berbahasa arab, maka akan didapatakan banyak lafadz yang
bermakna tujuan, salah satunya, Al-Hadaf, sebagaimana disebutkan
oleh Ibnu Al-Mandzur dalam Lisanul Arab, yang artinya dataran tinggi yang dituju dan dekat.[3]
Hal yang sama dikatakan oleh penulis Al-Mu’jamul Wasith: Al-Hadaf yaitu
setiap dataran tinggi dan arah yang diarahkan kepadanya busur panah, contoh
lain, Al-Marma (gawang dalam sepak bola).[4]
B. PENGERTIAN
PENDIDIKAN
Diantara pakar Pendidikan
Islam menyebutkan bahwasanya pendidikan diambil dari kata At-Tarbiyah, yang
berasal dari 3 kata dasar yang berbeda yaitu
-
Rabaa – Yarbu yang berarti bertambah
-
Rabiya –Yarba yang berarti tumbuh dan berkembang
-
Rabba – Yarubbu yang berarti memperbaiki
Dari sini, mereka mendefinisikan At-Tarbiyah
atau pendidikan dengan “menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit sampai sempurna”,
sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Baidhawi dan al-Ashfahani yang disebutkan An-Nahlawi
dalam bukunya Ushul At-Tarbiyah Al-Islamiyah[5]
C. PENGERTIAN
ISLAM
Kata Islam dalam
bahasa arab dan Al-Quran memiliki arti Al-Istislaam Walkhudu’ atau
penyerahan diri dan tunduk, kemudian Islam dijadikan sebagai nama agama dan
aturan yang dengannya Allah mengutus rasul-Nya Muhammad r.[6]
D. PENGERTIAN
TERMINOLOGI TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Para tokoh islam
seperti Imam al-Ghazali berpendapat, seperti apa yang dinukil oleh Akhmad Alim,
bahwa tujuan pendidikan islam tercermin pada dua segi. Pertama, insan
purna yang mendekatkan diri kepada Allah r.
Kedua, insan purna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan
di akhirat.[7]
Al-Syaibani
menyatakan bahwa tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mempersiapkan
kehidupan dunia dan akhirat. Sedangkan tujuan akhir yang ingin dicapai adalah
mengembangkan fitrah peserta didik, baik ruh, fisik, kemauan, dan akalnya
secara dinamis, sehingga akan terbentuk pribadi yang utuh dan mendukung bagi
pelaksanaan fungsinya sebagai khalifah dimuka bumi.[8]
BAB III
KAJIAN TAFSIR
Al-Qur’an Al-Karim
adalah satu-satunya kitab suci yang Allah sendiri menjaganya dari segala bentuk
perubahan, baik penambahan ataupun pengurangan. Sehingga kesucian dan
kemurniannya terjamin hingga akhir kelak nanti, Sebagaimana firman Allah Azza
wajalla:
$¯RÎ)
ß`øtwU
$uZø9¨tR
tø.Ïe%!$#
$¯RÎ)ur
¼çms9
tbqÝàÏÿ»ptm:
ÇÒÈ
Artinya: Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya (QS. Al-Hijr: 9)
Berbeda dengan Injil, Taurat dan kitab-kitab suci agama
lain, sudah banyak mengalami perubahan baik dengan cara dikurangi ataupun
ditambah, sehingga terjadi banyak kontradiksi antar satu ayat dengan ayat yang
lainnya.
Pada
makalah kali ini penulis akan mengangkat tafsir dua ayat
dari surat Luqman. Sebelum kita melangkah lebih jauh membahas penjelasan ulama
tentang ayai ini, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan secara singkat
biografi dari Lukman Al-Hakim yang namanya diabadikan oleh Allah U dalam Al-Quran Al-Karim.
Dia
adalah Luqman bin A’nqa bin Sadun, Jumhur ulama berpendapat bahwasanya ia
bukanlah seorang Nabi melainkan seorang hamba Allah yang saleh, diberikan
keistimewan dalam memberikan nasehat yang bijak. Diantara kisahnya yang
terkenal yang disebutkan oleh Ibnu Katsir yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir,
suatu hari ia diperintah oleh tuannya untuk menyembelih seekor kambing dan
memintannya untuk mengeluarkan dua daging yang paling baik, maka ia pun
mengeluarkan lisan dan hatinya, kemudian iapun diperintah untuk menyembelih
kambing yang kedua, dan iapun diminta untuk mengeluarkan dua bagian dagingnya
yang paling buruk, iapun mengeluarkan lisan dan hati kambing tersebut. Sang
tuan pun heran sambil berkata: pertama aku minta kamu mengeluarkan dua bagian
daging yang paling baik kamu memberikanku lisan dan hatinya, lalu pada kambing
yang kedua aku perintahkan kamu untuk mengeluarkan dua bagian daging yang
paling buruk engkaupn mengeluarkan hal yang sama, mengapa engkau melakukan hal
ini? Luqman menjawab: sesungguhnya tidak ada daging yang paling baik dari
keduanya (lisan dan hati) jika keduanya
baik, dan sebaliknya tidak ada daging yang paling buruk dari keduanya kalau
keduanya buruk. Dan dengan keshalehan
dan sikapnya yang bijak, iapun diangkat sebagai qhadi/hakim pada zaman bani
israil.[9]
Ayat
yang ingin kami angkat pada makalah ini adalah dua ayat dari surat Luqman yang
merupakan wasiat dan nasehat Luqman kepada anaknya yang Allah abadikan dalam
kitab-Nya.
·
PERINTAH UNTUK
MENTAUHIDKAN ALLAH DAN LARANGAN BERBUAT SYIRIK
øÎ)ur
tA$s%
ß`»yJø)ä9
¾ÏmÏZö/ew
uqèdur
¼çmÝàÏèt
¢Óo_ç6»t
w
õ8Îô³è@
«!$$Î/
(
cÎ)
x8÷Åe³9$#
íOù=Ýàs9
ÒOÏàtã
ÇÊÌÈ
Artinya : dan (ingatlah) ketika Luqman
berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai
anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Dalam
ayat ini Allah U menceritakan
bagaimana luqman memberikan nasehat kepada anaknya yang ia sayangi. Imam ibnu
katsir r berkata: Luqman
memberikan wasiat kepada anaknya, orang yang paling ia sayangi dan cintai,
untuk itu iapun orang yang paling berhak mengetahui apa yang telah ia ketahui.
Untuk itu hal yang pertama kali ia wasiatkan kepadanya agar ia beribadah hanya
kepada Allah semata dan tidak menyukutukan-Nya dengan sesuatu apapun.[10]
Kalau kita mencermati bahasa yang digunakan oleh Luqman ketika memanggil
anaknya, dia memanggilnya dengan panggilan yang penuh kasih sayang, dengan
mengatakan يَا بُنَيَّ
‘wahai anakku’ dan tidak memanggilnya dengan menyebut namanya langsung, hal ini
sebagai tuntunan untuk kita teladani ketika
memberikan pelajaran dan nasehat kepada anak-anak didik di sekolah, hendaknya
kita berusaha menggunakan kata-kata yang lebih menyentuh hati ketika memanggil dan
berkomunikasi dengan mereka.
Menurut Syekh As-sa’di (الوعظ والموعظة) Alwa’zhu adalah metode
pendidikan larangan dan perintah yang disertai dengan targhib dan tarhib.
Oleh karena itu Lukman memerintahkan anaknya untuk berbuat ikhlas dan melarang
berbuat syirik.[11]
Ismail Haqi al-Istambuli berkata: almauidzah
adalah larangan yang disertai dengan memberikan rasa takut. Menurut al-Khalil mauidzhah adalah mengingatkan dengan
kebaikan yang bisa meluluhkan hati.
Adapun lafadz bunaiya merupakan
bentuk tasghir, panggilan kasih sayang, untuk itu lukman mewasiatkan
anaknya dengan sesuatu yang dapat mendatangkan kebahagiaan, bagi dirinya jika
ia menerima dan mengamalkan nasehat itu.
Arti dari Lafadz (لا تشرك
بالله)La tusyrik billah yaitu janganlah kamu menyamakan
sesuatu apapun dengan Allah dalam masalah ibadah. Karena tidaklah patut
menyamakan segala kenikmatan datang darinya dengan sesuatu yang tidak pernah
memberikan kenikmatan.[12]
Diriwayatkan nasehat yang pertama kali
disampaikan lukman kepada anakny adalah menjauhkan kesyirikan. Dan menurut Ismail
al-Istambuly Mauidzhah adalah menghalangi jiwa dari menyibukkan diri
dengan selain Allah.[13]
Menurut Al-Maraghi sebab kesyirikan
disebut dengan kezaliman adalah karena pelakunya telah menaruh sesuatu yang
bukan pada tempatnya. Dan disebut kedzaliman yang besar atau adziim
karena menyamakan dzat yang segala kenikmatan datang dari-Nya yaitu Allah dengan
sesuatu yang tidak pernah mendatangkan kenikmatan yaitu berhala dan patung-patung.[14]
·
PERINTAH UNTUK BERAKHLAK MULIA
$uZø¢¹urur
z`»|¡SM}$#
Ïm÷yÏ9ºuqÎ/
çm÷Fn=uHxq
¼çmBé&
$·Z÷dur
4n?tã
9`÷dur
¼çmè=»|ÁÏùur
Îû
Èû÷ütB%tæ
Èbr&
öà6ô©$#
Í<
y7÷yÏ9ºuqÎ9ur
¥n<Î)
çÅÁyJø9$#
ÇÊÍÈ
Artinya: Dan Kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya
telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu. ( QS. Luqman: 14 -15)
Syekh As-Sa’di r berkata: Setelah Allah U
memerintahkan luqman untuk menjauhi kesyirikan yang merupakan konsekuensi dari
itu adalah mentauhidkan Allah U
dari segala kesyirikan, Allah memerintahkan Luqman untuk berbakti kepada orang
tua. Firman Allah U : ووصينا الإنسان) / yang artinya dan kami wasiatkan manusia, Syekh as-Sa’di
r berkata: wasiat ini
kami jadikan perjanjian dan kelak kami akan meminta pertanggung jawabannya
kepada manusia apakah dia melaksanakan wasiat ini atau tidak, dan kami
wasiatkan mereka untuk berbakti kepada kedua orang tua mereka.[15]
Syekh as-Sa’di menafsirkan ( اشكرلي ) ‘bersyukurlah kepadaku’ dengan menunaikan
penghambaan kepada-Ku, menunaikan hak-hak-Ku dan tidak menggunakan kenikmatan
yang Aku berikan kepadamu untuk bermaksiat kepada-Ku. Adapun bersyukur kepada
kedua orang tua yaitu dengan berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan yang
lembut, ramah dan tingkah laku yang yang baik, tawadhu’, memuliakan mereka,
memenuhi kebutuhan mereka dan tidak menyakiti mereka berdua baik dengan ucapan
ataupun perbuatan.
( إلي المصير ) (hanya kepadakulah kembalimu) Syekh
as-Sa’di berkata: wahai manusia kelak kamu akan kembali kepada dzat yang
mewasiatkan dan memerintahkan kamu hak-hak ini (wasiat-wasiat lukman dalam
ayat ini). Kamu akan ditanya apakah kamu sudah menunaikan hak-hak ini atau
tidak. Jika sudah maka Allah akan berikan ganjaran pahala yang besar dan jika
tidak maka Allah akan mengadzabmu dengan siksaan yang pedih.[16]
Dan Allah U
telah mewasiatkan, bahwasanya orang yang paling berhak untuk dipergauli dengan
baik adalah orang tua, lebih khusus lagi sang ibu karena sang ibulah yang
merasakan bagaimana letih dan lelahnya
mengandung, sebagaimana firman Allah وهنا على وهن /lemah diatas lemah, selain itu karena
dialah yang meyapih dan menyusui sang anak selama 2 tahun.
BAB
IV
KAJIAN IMPLEMENTASI
Seperti yang disampaikan diawal makalah,
tujuan dari pemerintah
menyelenggarakan pendidikan nasional ialah untuk menjadikan anak didik yang
beriman dan bertakwa. para pakar pendidikan Islami menyebut tujuan ini sebagai
tujuan umum dari proses pendidikan, seperti yang dinukilkan oleh Ahmad tafsir
dari pendapat Muhammad Quthb tentang tujuan pendidikan. dalam bukunya Ilmu
Pendidikan Islam.[17]
Berikut beberapa langkah yang bisa
diterapkan dalam pendidikan untuk mendapatkan tujuan yang disebutkan pada
makalah ini, antara lain:
1.
Memberikan
materi aqidah atau tauhid yang benar kepada peserta didik sejak dini.
Dalam perkembangan manusia, ia akan
dituntun oleh fithrahnya untuk beriman dan bertauhid kepada Allah, akan tetapi
sering kali lingkungan dan syaithan menggoda manusia untuk berbuat dosa,
seperti berbuat syirik dan maksiat kepada Allah U
sebagaimana yang dikabarkan oleh Rasullah r
dalam hadits Qudsy berikut ini :
قال
تعالى: ( إني خلقت عبادي حنفاء كلهم ، وإنهم أتتهم الشياطين ، فاجتالتهم عن دينهم
، وحرمت عليهم ما أحللت لهم ، وأمرتهم أن يشركوا بي ما لم أنزل به سلطاناً )
Artinya Allah berfirman: sesungguhnya
Aku menciptakan hambaku dalam keadaan lurus, dan syaithanlah mendatangi dan
menyesatkan mereka dari agama mereka, dia (syaithan) mengharamkan apa yang Aku
halalkan bagi mereka, dia juga memerintahkan mereka untuk menyekutukanku, apa
yang tidak pernah aku turunkan[18].
Untuk itu, hendaknya sejak diusia dini kita
mulai mengenalkan anak didik kita tentang tauhid atau akidah, tentu dengan
bahasa yang mereka pahami, mulai dari mengenalkan Allah sebagai pencipta dan pengatur
alam semesta ini, yang disebut dengan tauhid rububiyah, mengenalkan
mereka bahwasanya hanya Allah tuhan yang berhak disembah. Dan mengenalkan nama-nama dan sifat-sifat-Nya Yang Maha
Sempurna yang lebih kita kenal dengan tauhid Asma wassifat. Mengapa kita
harus menjadikan tujuan dari pendidikan ini agar peserta didik bertauhid,
karena apabila mereka memiliki tauhid atau keimanan yang baik dalam hati mereka,
maka secara otomatis mereka akan memiliki akhlak dan kepribadian yang baik,
bukankah Nabi r bersaba:
ألا إن في الجسد مضغة
إذا صلحت صلح الجسد كله، وإذا فسدت فسد الجسد كله ألا وهي القلب.
Artinya: sesungguhnya didalam setiap
jasad terdapat segumpal daging, jika ia baik maka seluruh anggota badan akan
menjadi baik, dan apabila ia rusak maka seluruh anggota badan yang lain ikut
rusak, ketahuilah ia adalah hati.[19]
2.
Menjelaskan
kepada peserta didik bahaya syirik bagi pelakunya dan masyarakat secara umum baik
di dunia maupun di akhirat.
3.
Menjelaskan keutamaan
dan kemaslahatan mentauhidkan Allah U,
baik di dunia maupun di akhirat
4.
Memberikan contoh-contoh
amalan dan keyakinan yang mengandung kesyirikan.
5.
Melarang peserta
didik mempelajari ilmu hitam dan mengamalkan hal-hal yang berbau dengannya
seperti azimat
6.
Menjelaskan ke peserta
didik bahwa meramal usia, rizki dan jodoh seseorang dengan ramalan perbintangan
adalah bagian dari kesyirikan
7.
Memberikan
pelajaran adab atau akhlak yang memuat adab kepada orang tua.
8.
Memberikan
penjelasan kepada peserta didik tentang kewajiban anak untuk berbakti kepada
orang tua.
9.
Menjelaskan
kepada peserta didik bahwasanya durhaka kepada kedua orang tua adalah dosa
besar.
10. Menjelaskan
hak-hak orang tua yang wajib ditunaikan oleh seorang anak.
11. Menceritakan
kisah birrul walidain yang ada di dalam Al-Qur’an maupun al-Hadits.
12. Menceritakan
kepada peserta didik kisah-kisah nyata tentang anak-anak yang uquuq alwalidain /durhaka kepada orang
tua.
13. Mengajarkan
peserta didik untuk pandai berterima kasih kepada orang lain yang berbuat baik
kepadanya.
BAB
V
KESIMPULAN
Setelah penulis mengkaji ayat-ayat ini
dan melihat perkataan para ulama tentang tafsir dua ayat ini, penulis dapat
menyimpulkan bahwasanya tujuan dari pendidikan islam dari ayat-ayat yang kami
angkat pada makalah ini adalah untuk
menjadikan anak didik kita menjadi manusia yang bertauhid kepada Allah U,
dan beradab.
Hal yang paling utama dan pertama
dilakukan untuk menjadikan peserta didik yang taat kepada Allah U
dan Rasul-Nya, serta berguna bagi diri dan bangsanya, adalah menanamkan aqidah
yang sahih yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah kepada mereka
sejak dini, karena keimanan yang benar akan melahirkan karya-karya yang baik,
sebagaimana yang kami telah singgung diatas.
Selain menanamkan
aqidah yang sahih, kita juga perlu mengajarkan peserta didik adab-abab islamiyah
yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih mulai dari tata cara
shalat, puasa, zakat dan ibadah-ibadah yang lainnya.
Semoga makalah
singkat ini barmanfaat, dan dapat menambah ilmu dan wawasan kita tentang tema
makalah ini.
Tulisan ini
adalah pengalaman pertama bagi penulis yang belum pernah menulis “makalah edisi
Indonesia”. Sehingga disana-sini meniggalkan banyak kekurangan. untuk itu kami
mengharapkan kritik dan dan saran anda yang membangun, jika mendapatkan
kesalahan atau kekeliruan dalamnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Quran Al-Karim dan terjemahannya.
|
Al-Albani, Silsilah Al-Ahaadits
As-Sahihah, Riyadh: Maktabah Al-Ma’arif, 1995
|
Al-Bukhari, shahih Al-Bukhari,
Penerbit: Dar Tauq An-Najah, 1422 H
|
Al-Jazairi,
Abu Bakr Jabir, Aisaar At-Tafasir, Kairo: Dar Al-Ilmiyah, 2013
|
|
An-Nahlawi Abdurrahman, Ushul
At-Tarbiyah Islamiyah, Damaskus: Darul Fikr,1999
|
As-Sa’di, Abdurrahman, Tafisr
Taisir Karimur Rahman, Dar Ibn Al-Jauzi
|
As-Syaukani, Fath Al- Qadir,
Mesir: Dar Al-Wafa, 2008 .
|
At-Tirmidzi, sunan at-tirmidzi,Beirut:
Dar Al-garb al-islamiy,1998
Haqqi, Ismail Barsaway, Tafsir Ruh
Al-bayan, Math’baah Utsmaniyah
|
Katsir Ibnu, Tafsir Al-Qur’an
Al-Azhim, Kairo: Dar Al-Hadits,
|
Majma’ Al-Lughah Al-Arabiyah,
Al-Mu’jamul Wasit, Kairo: Dar Ad-Dakwah
|
Mandzur Ibnul, Lisanul Arab,
Beirut:Dar Shadir, 1414 H
|
Muslim, Sahih Al-Muslim,
Beirut: Dar Ihya’ At-turats Al-Arabi,
|
Musthafa Al-Maraghi,Ahmad, Tafsir
Al-Maraghi, Mesir: Maktabah Wa Mathba’ah Musthafa al-Babi al-Halabi, 1946
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Islam,
Bandung:ROSDA, 2012
|
[1] Rol 30 Agustus
2013 tanggal akses 23 Desember 2015
[3] Ibnul Mandzur, Lisanul Arab,
Beirut:Dar Shadir, 1414 H, Jilid 9, hlm.345
[4] Majma’ Al-Lughah Al-Arabiyah,
Al-Mu’jamul Wasit, Kairo: Dar Ad-Dakwah
Jilid:2 hal:977
[5] Abdurrahman An-Nahlawi, Ushul
At-Tarbiyah Islamiyah, Damaskus: Darul Fikr,1999 hlm.13
[6] Ibid hlm.17
[7] Akhmad Alim, Tafsir
Pendidikan Islam, Jakarta: AMPPress, 2014, hlm.43
[8] Ibid hlm. 43-44
[9] .Ibnu Katsir, Tafsir
Al-Qur’an Al-Adzim, Kairo: Dar Al-Hadits, 2005 . ,jilid.6, hlm. 350-351
[10] Ibid, jilid: 6 hlm. 336
[11] Abdurrahman As-Sa’di, Taisir al-Karim
ar-Rahman, Juz 6:1350
[12] Ismail Haqi al-Istambuli, Ruh
Al-Bayan, Beirut: dar El-fikr, jilid 7 hlm.7
[13] Ibid, hlm. 78
[14] Ahmad al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, mesir: syarikah maktabah al-bab
jilid 21 hlm.82
[15] As-Sa’di, Tafsir
Karimurrahman, Dar Ibnul Jauzi, Jilid 7, hlm. 1351
[16] Ibid.
[17] A.Tafsir, Ilmu Pendidikan
Isam, Bandung: ROSDA, 2012 hlm. 66
[18] HR. Muslim: 4/2197 Muslim, Sahih
Al-Muslim, Beirut: Dar Ihya’ At-turats Al-Arabi, Jilid 4 Hlm. 2197
[19] Ibid,
Jilid 3 Hlm. 1219
Categories: Jurnal